Pencemar mikro bertanggung jawab pada sebagian besar penyakit akibat makanan. Memahami bagaimana mikro-organisme tumbuh, berkembang biak, mencemari makanan dan menginfeksi manusia amatlah penting untuk mempelajari bagaimana mencegah penyakit akibat makanan yang mereka sebabkan.
Dari semua mikro-organisme penyebab penyakit akibat makanan, bakteri menjadi perhatian terbesar bagi manajer restoran dan layanan makanan. Dalam kondisi yang mendukung, bakteri dapat berkembang biak dengan amat pesat. Walaupun bakteri dapat bertahan dalam temperatur dingin bahkan membeku, mereka dapat dimusnahkan pada temperatur yang tinggi, seperti pada saat dimasak. Beberapa jenis bakteri memiliki kemampuan untuk membentuk spora yang dapat melindungi mereka dari kondisi yang tidak mendukung. Karena spora amat sulit untuk dimusnahkan, proses dalam memasak, mendinginkan dan memanaskan makanan dengan benar sangat penting.
Arti dari MKTWOK adalah Makanan, Keasaman, Temperatur, Waktu, Oksigen dan Kelembaban adalah kunci dalam mengontrol pertumbuhan mikro-organisme.
Virus adalah pencemar mikro yang terkecil. Walaupun virus tidak dapat berkembang biak pada makanan namun begitu terjangkit akan mengakibatkan penyakit. Melaksanakan kebersihan diri dengan baik dan menghindari persentuhan tangan langsung dengan makanan siap makan adalah tindakan yang penting untuk menghindari penyakit akibat virus pada makanan.
Parasit adalah organisme yang membutuhkan organisme lain sebagai induk agar tetap hidup. Mereka dapat hidup dalam hewan yang dimakan oleh manusia seperti sapi, ayam, babi dan ikan. Mereka dapat dimusnahkan dengan dimasak atau dibekukan dengan benar.
Jamur seperti lumut dan ragi bertanggung jawab atas pembusukan pada makanan. Beberapa lumut mampu memproduksi racun yang berbahaya. Makanan yang berjamur yang bukan merupakan bagian alami dari sebuah produk harus selalu dibuang. Ragi terkenal dengan kemampuan membusukkan makanan dengan cepat. Makanan yang busuk oleh ragi juga harus dibuang.
Penyakit akibat makanan diklasifikasikan sebagai infeksi, keracunan atau penginfeksian melalui racun. Infeksi penyakit akibat makanan terjadi ketika seseorang makan makanan yang tercemar patogen, yang kemudian berkembang dalam usus dan menyebabkan penyakit. Biasanya gejala tidak segera tampak. Keracunan makanan terjadi ketika seseorang makan makanan yang mengandung racun yang dihasilkan oleh patogen yang ditemukan dalam makanan atau yang disebabkan oleh pencemaran bahan kimia. Racun tersebut mungkin bagian alami dari tumbuhan atau hewan yang dikonsumsi. Biasanya gejala dari keracunan makanan timbul dengan cepat, sekitar beberapa jam kemudian. Penginfeksian melalui racun disebabkan ketika seseorang makan makanan yang mengandung patogen yang kemudian memproduksi racun dalam usus yang kemudian menyebabkan penyakit.
Mikro Organisme Berbahaya
Terdapat empat jenis mikro-organisme yang dapat mencemari makanan dan menyebabkan penyakit akibat makanan yaitu bakteri, virus, parasit dan jamur.
Mikro-organisme ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu mikro-organisme penyebab pembusukan dan patogen. Jamur adalah mikro-organisme penyebab pembusukan. Pada kemunculannya akan menimbulkan bau dan rasa yang tidak sedap dan biasanya tidak menyebabkan penyakit. Patogen seperti Salmonella spp. dan virus hepatitis A menyebabkan penyakit ketika terjangkit. Tidak seperti mikro-organisme penyebab pembusukan, patogen tidak terlihat, berbau dan berasa dalam makanan.
Mikro Organisme yang Umum Berbahaya
Dari semua mikro-organisme, bakteri menjadi perhatian terbesar bagi manajer. Mempelajari bakteri dan memahami lingkungan tempat mereka berkembang biak adalah langkah pertama untuk mengontrol mereka.
Karakter Umum Bakteri yang Menyebabkan Penyakit Akibat Makanan
Bakteri yang menyebabkan penyakit akibat makanan mempunyai karakter umum sebagai berikut:
• Mereka adalah organisme bersel satu
• Mereka dapat terbawa oleh bermacam sebab: makanan, air, kotoran, manusia atau serangga
• Dalam kondisi yang mendukung, mereka dapat berkembang biak dengan amat cepat
• Beberapa dapat hidup dalam kondisi beku
• Beberapa dapat membentuk spora, yang dapat melindungi mereka dari kondisi yang tidak mendukung
• Beberapa menyebabkan pembusukan dan beberapa menyebabkan penyakit
• Beberapa menyebabkan penyakit dengan memproduksi racun ketika mereka membelah diri, mati, dan hancur. Racun ini biasanya tidak musnah saat dimasak.
Masa Pertumbuhan dan Pembentukan Spora
Walaupun bakteri dapat bertahan dalam temperatur dingin bahkan membeku, mereka dapat dimusnahkan pada temperatur yang tinggi. Beberapa jenis bakteri memiliki kemampuan untuk berubah bentuk yang dinamakan spora. Dinding spora yang tebal melindungi bakteri dari kondisi yang tidak mendukung seperti temperatur tinggi maupun rendah, tingkat kelembaban yang rendah dan kadar asam yang tinggi.
Karena spora tidak dapat berkembang biak, ia mampu berubah kembali menjadi organisme ketika kondisi kembali mendukung untuk berkembang biak. Sebagai contoh, bakteri dalam makanan akan membentuk spora ketika terkena temperatur yang membeku, sehingga bakteri dapat bertahan hidup. Dan ketika makanan mulai mencair dan kondisi membaik, spora akan kembali berubah menjadi sel yang tumbuh dan mulai berkembang biak dalam makanan.
Karena spora sangat sulit untuk dimusnahkan, amatlah penting untuk memasak, mendinginkan dan memanaskan makanan dengan benar.
Yang Mempengaruhi Mikro Organisme
Kondisi yang mendukung pertumbuhan dari sebagian besar mikro-organisme dapat diingat dengan istilah MKTWOK. Setiap kondisi pertumbuhan ini akan dijelaskan lebih detail dalam beberapa paragraf berikut.
MAKANAN
• Mikro-organisme penyakit akibat makanan membutuhkan nutrisi, khususnya protein dan karbohidrat untuk tumbuh. Protein ini biasanya dapat ditemukan dalam makanan yang rawan tercemar seperti, daging, unggas, produk susu dan telur.
KEASAMAN (KADAR ASAM)
• Mikro-organisme penyakit akibat makanan biasanya tidak tumbuh dalam alkali (mengandung garam) atau makanan dengan kadar asam yang tinggi seperti kue kering atau jeruk. Bakteri patogen tumbuh dengan cepat dalam makanan yang memiliki kadar asam yang rendah atau netral (kira-kira pH 4.6 s/d 7.5), dimana adalah sebagian besar makanan yang kita makan.
TEMPERATUR
• Mikro-organisme penyakit akibat makanan tumbuh dengan baik pada temperatur antara 41° F sampai dengan 135° F (5°C s/d 57°C). Juga disebut zona suhu berbahaya.
• Menempatkan mikro-organisme dalam temperatur diluar zona suhu berbahaya belum tentu membunuh mereka. Temperatur dalam lemari pendingin misalnya, hanya akan memperlambat pertumbuhan mereka. Bahkan beberapa bakteri mampu tumbuh dalam temperatur lemari pendingin. Makanan harus ditangani dengan hati-hati ketika hendak dicairkan, dimasak, didinginkan dan dipanaskan karena dalam melakukan tindakan ini akan melewati suhu zona berbahaya tersebut.
WAKTU
• Mikro-organisme penyakit akibat makanan membutuhkan waktu yang cukup untuk berkembang biak. Bakteri hanya memerlukan waktu dua puluh menit untuk menggandakan diri.
• Apabila makanan yang rawan tercemar berada pada suhu zona berbahaya selama empat jam atau lebih, patogen mikro-organisme dapat tumbuh ke tingkat yang cukup tinggi untuk menyebabkan seseorang sakit.
OKSIGEN
• Beberapa patogen membutuhkan oksigen untuk tumbuh dan sebagian tumbuh tanpa oksigen. Patogen yang tumbuh tanpa oksigen dapat muncul dalam nasi yang telah dimasak, bawang yang tidak disimpan, campuran minyak, dan kentang matang yang dibungkus plastik kedap udara yang telah kadaluwarsa.
KELEMBABAN
• Karena sebagian besar mikro-organisme membutuhkan air untuk tumbuh, mereka akan tumbuh pesat dalam makanan yang lembab (basah)
• Tingkat kelembaban yang terdapat pada makanan terhadap pertumbuhan mikro-organisme dinamakan kadar air (a). Hal ini diukur dengan skala dari 0 sampai 1.0, dimana air memiliki kadar air 1.0.
• Makanan yang rawan tercemar biasanya memiliki kadar air 0.85 atau lebih.
Peran Mikroorganisme dlm Kehidupan
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat (Darkuni, 2001). Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Sekilas, makna praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena kerugian yang ditimbulkannya pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Walaupun di bidang lain mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang menguntungkan jauh lebih menonjol. Menurut Schlegel ( 1994) beberapa bukti mengenai peranan mikrobiologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
Proses klasik menggunakan mikroorganisme
Di Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai diolah dengan menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan sudah sejak zaman perang dunia pertama fermentasi terarah dengan ragi digunakan untuk membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat dalam jumlah besar yang diperlukan oleh industri makanan, masing-masing dibuat dengan pertolongan bakteri asam laktat dan cendawan Aspergillus niger.
Produk Antibiotika
Penemuan antibiotik telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obat-obat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri.
Proses menggunakan mikroba
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi dari gula dan garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawabiokimia lain dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati, proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain yang digunakan di industri diperoleh dari biakan mikroorganisme.
Posisi monopoli dari mikroorganisme
Beberapa bahan dasar yang terutama tersedia dalam jumlah besar, seperti minyak bumi, gas bumi, dan selulosa hanya dapat diolah oleh mikroorganisme dan dapat mengubahnya kembali menjadi bahan sel (biomassa) atau produk antara yang disekresi oleh sel.
Teknik genetika modern
Kejelasan mengenai mekanisme pemindahan gen pada bakteri dan peran dari unsur-unsur ekstrakromosom, telah membuka kemungkinan untuk memindahkan DNA asing ke dalam bakteri. Manipulasi genetik memungkinkan untuk memasukkan sepotong kecil pembawa informasi genetik dari manusia ke dalam bakteri sehingga terjadi sintesis senyawa protein yang bersangkutan. Kegiatan ini sering dilakukan dalam hal pembuatan hormon, antigen, dan antibodi.
Berdasarkan penjelasan di atas, mikroorganisme memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan, baik peranan yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Beberapa peranan yang dimiliki oleh mikroorganisme antara lain sebagai berikut:
Peranan yang Merugikan
• Penyebab penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan
Misalnya Strptococcus pneumoniae penyebab pneumonia dan Corynebacterium diphtheriae penyebab dipteri.
• Penyebab kebusukan makanan (spoilage)
Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri yang tumbuh dalam makanan tersebut. Beberapa di antara mikroorganisme dapat mengubah rasa beserta aroma dari makanan sehingga dianggap merupakan mikroorganisme pembusuk. Dalam pembusukan daging, mikroorganisme yang menghasilkan enzim proteolitik mampu merombak protein-protein. Pada proses pembusukan sayur dan buah, mikroorganisme pektinolitik mampu merombak bahan-bahan yang mengandung pektin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan (Tarigan, 1988). Mikroorganisme seperti bakteri, khamir (yeast) dan kapang (mould) dapat menyebabkan perubahan yang tidak dikehendaki pada penampakan visual, bau, tekstur atau rasa suatu makanan. Mikroorganisme ini dikelompokkan
berdasarkan tipe aktivitasnya, seperti proteolitik, lipolitik, dll. Atau berdasarkan kebutuhan hidupnya seperti termofilik, halofilik, dll.
• Penyebab keracunan makanan (food borne disease).
Kusnadi, dkk (2003) menjelaskan bahwa bakteri penghasil racun (enterotoksin atau eksotoksin) dapat mencemari badan air, misalnya spora Clostridium perfringens, C. Botulinum, Bacillus cereus, dan Vibrio parahaemolyticus. Spora dapat masuk ke dalam air melalui debu/tanah, kotoran hewan, dan makanan-limbah. Jika makanan atau minuman dan air bersih tercemari air tersebut, maka dalam keadaan yang memungkinkan, bakteri tersebut akan mengeluarkan racun sehingga makanan atau minuman mengandung racun dan bila dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan makanan. Bahkan menurut Dwidjoseputro (2005) pada makanan yang telah dipasteurisasi pun juga dapat mengandung racun (toksin) . Makanan yang telah dipasteurisasi kemudian terus menerus disimpan di dalam kaleng pada temperatur kamar, dapat mengandung racun yang berasal dari Clostridium botulinum. Spora-spora dari bakteri ini tidak mati dalam proses pasteurisasi. Dalam keadaan tertutup (anaerob) dan suhu yang menguntungkan, maka spora-spora tersebut dapat tumbuh menjadi bakteri serta menghasilkan toksin. Racun yang dihasilkan tidak mengganggu alat pencernaan, melainkan mengganggu urat saraf tepi.
• Menimbulkan pencemaran
Materi fekal yang masuk ke dalam badan air, selain membawa bakteri patogen juga akan membawa bakteri pencemar yang merupakan flora normal saluran pencernaan manusia, misalnya E. coli. Kehadiran bakteri ini dapat digunakan sebagi indicator pencemaran air oleh materi fekal.
Peranan yang Menguntungkan
Banyak yang menduga bahwa mikroorganisme membawa dampak yang merugikan bagi kehidupan hewan, tumbuhan, dan manusia, misalnya pada bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Meskipun demikian, masih banyak manfaat yang dapat diambil dari mikroorganisme-mikroorganisme tersebut. Penggunaan mikroorganisme dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan, saperti bidang pertanian, kesehatan, dan lingkungan. Beberapa manfaat yang dapat diambil antara lain sebagai berikut:
Bidang pertanian
Dalam bidang pertanian, mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan. Nitrogen bebas merupakan komponen terbesar udara. Unsur ini hanya dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan pengambilan khususnya melalui akar. Pembentukan nitrat dari nitrogen ini dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Penyusunan nitrat dilakukan secara bertahap oleh beberapa genus bakteri secara sinergetik.
Dalam Dwidjoseputro (2005) dijelaskan bahwa ada beberapa genera bakteri yang hidup dalam tanah (misalnya Azetobacter, Clostridium, dan Rhodospirillum) mampu untuk mengikat molekul-molekul nitrogen guna dijadikan senyawa-senyawa pembentuk tubuh mereka, misalnya protein. Jika sel-sel itu
mati, maka timbullah zat-zat hasil urai seperti CO2 dan NH3 (gas amoniak). Sebagian dari amoniak terlepas ke udara dan sebagian lain dapat dipergunakan oleh beberapa genus bakteri (misalnya Nitrosomonas dan Nitrosococcus) untuk membentuk nitrit. Nitrit dapat dipergunakan oleh genus bakteri yang lain untuk memperoleh energi daripadanya. Oksidasi amoniak menjadi nitrit dan oksidasi nitrit menjadi nitrat berlangsung di dalam lingkungan yang aerob. Peristiwa seluruhnya disebut nitrifikasi. Pengoksidasian nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh Nitrobacter.
Proses nitrifikasi ini dapat ditulis sebagai berikut:
2NH3 + 3O2 ¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬ Nitrosomonas, Nitrosococcus 2HNO2 + 2H2O + energi
2HNO2 + O2 Nitrobacter 2HNO3 + energi
¬ Selain itu, mikroorganisme ini juga dapat digunakan sebagai agen pembusuk alami, yang akan mendekomposisi sampah-sampah organik menjadi materi inorganik sehingga dapat mengurangi kuantitas sampah, menyuburkan tanah dan dapat menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan (Anonim a, 2006). Seorang peneliti dari Amerika Serikat yaitu Waksman telah menemukan mikroorganisme tanah yang menghasilkan streptomisin, yaitu bakteri Streptomyces (Dwidjoseputro, 2005).
Peran lain mikroba dalam bidang pertanian antara lain dalam teknologi kompos bioaktif dan dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer). Kompos bioaktif adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoslulotik unggul yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman. Teknologi kompos bioaktif ini menggunakan mikroba biodekomposer yang mampu mempercepat proses pengomposan dari beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja. Mikroba akan tetap hidup dan aktif di dalam kompos, dan ketika kompos tersebut diberikan ke tanah, mikkroba akan berperan untuk mengendalikan organisme.
Dalam hal penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman(biofertilizer), aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang penting bagi tanaman antara lain, Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalim (K). Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula yang bersimbiosis. Mikroba penambat N simbiotik antara lain : Rhizobium sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan ( leguminose ). Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua jenis tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan dalam penyediaan unsur hara adalah mkroba pelarut unsur fosfat (P) dan kalium (K). Kandungan P yang cukup tinggi (jenuh) pada tanah pertanian kita, sedikit sekali yang dapat digunakan oleh tanaman karena terikat pada mineral liat tanah. Di sinilah peran mikroba pelarut P yang melepaskan ikatan P dari mineral liat dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Pseudomonas sp dan Bacillus megatherium. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Mikroba sebagai agen biokontrol. Mikroba yang dapat mengendalikan hama tanaman antara lain: Bacillus thurigiensis (BT), Bauveria bassiana , Paecilomyces fumosoroseus, dan Metharizium anisopliae . Mikroba ini mampu menyerang dan membunuh berbagai serangga hama. Mikroba yang dapat mengendalikan penyakit tanaman misalnya: Trichoderma sp yang mampu mengendalikan penyakit tanaman yang disebabkan oleh Gonoderma sp, JAP (jamur akar putih), dan Phytoptora sp. Beberapa biokontrol yang tersedia di pasaran antara lain: Greemi-G, Bio-Meteor, NirAma, Marfu-P dan Hamago.
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi, dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tembat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat (Darkuni, 2001). Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Sekilas, makna praktis dari mikroorganisme disadari tertutama karena kerugian yang ditimbulkannya pada manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Misalnya dalam bidang mikrobiologi kedokteran dan fitopatologi banyak ditemukan mikroorganisme yang pathogen yang menyebabkan penyakit dengan sifat-sifat kehidupannya yang khas. Walaupun di bidang lain mikroorganisme tampil merugikan, tetapi perannya yang menguntungkan jauh lebih menonjol. Menurut Schlegel ( 1994) beberapa bukti mengenai peranan mikrobiologi dapat dikemukakan sebagai berikut:
Proses klasik menggunakan mikroorganisme
Di Jepang dan Indonesia sudah sejak zaman dahulu kacang kedelai diolah dengan menggunakan bantuan fungi, ragi, dan bakteri asam laktat. Bahkan sudah sejak zaman perang dunia pertama fermentasi terarah dengan ragi digunakan untuk membuat gliserin. Asam laktat dan asam sitrat dalam jumlah besar yang diperlukan oleh industri makanan, masing-masing dibuat dengan pertolongan bakteri asam laktat dan cendawan Aspergillus niger.
Produk Antibiotika
Penemuan antibiotik telah menghantarkan pada terapi obat dan industri obat ke era baru. Karena adanya penemuan penisilin dan produk-produk lain sekresi fungi, aktinomiset, dan bakteri lain, maka kini telah tersedia obat-obat yang manjur untuk memerangi penyakit infeksi bakteri.
Proses menggunakan mikroba
Fermentasi klasik telah diganti dengan cara baru untuk produksi dan konversi menggunakan mikroba. Senyawa karotenoid dan steroid diperoleh dari fungi. Sejak ditemukan bahwa Corynebacterium glutamicum
memproduksi glutamat dengan rendemen tinggi dari gula dan garam amonium, maka telah diisolasi berbagai mutan dan dikembangkan proses baru yang memungkinkan pembuatan banyak jenis asam amino, nukleotida, dan senyawabiokimia lain dalam jumlah besar. Mikroorganisme juga diikutsertakan oleh para ahli kimia pada katalisis sebagian proses dalam rangkaian sintesis yang panjang; biokonversi oleh mikroba lebih spesifik dengan rendemen lebih tinggi, mengungguli koversi secara kimia; amilase untuk hidrolisis pati, proteinase pada pengolahan kulit, pektinase untuk penjernihan sari buah dan enzim-enzim lain yang digunakan di industri diperoleh dari biakan mikroorganisme.
Posisi monopoli dari mikroorganisme
Beberapa bahan dasar yang terutama tersedia dalam jumlah besar, seperti minyak bumi, gas bumi, dan selulosa hanya dapat diolah oleh mikroorganisme dan dapat mengubahnya kembali menjadi bahan sel (biomassa) atau produk antara yang disekresi oleh sel.
Teknik genetika modern
Kejelasan mengenai mekanisme pemindahan gen pada bakteri dan peran dari unsur-unsur ekstrakromosom, telah membuka kemungkinan untuk memindahkan DNA asing ke dalam bakteri. Manipulasi genetik memungkinkan untuk memasukkan sepotong kecil pembawa informasi genetik dari manusia ke dalam bakteri sehingga terjadi sintesis senyawa protein yang bersangkutan. Kegiatan ini sering dilakukan dalam hal pembuatan hormon, antigen, dan antibodi.
Berdasarkan penjelasan di atas, mikroorganisme memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan, baik peranan yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Beberapa peranan yang dimiliki oleh mikroorganisme antara lain sebagai berikut:
Peranan yang Merugikan
• Penyebab penyakit, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan
Misalnya Strptococcus pneumoniae penyebab pneumonia dan Corynebacterium diphtheriae penyebab dipteri.
• Penyebab kebusukan makanan (spoilage)
Adanya kebusukan pada makanan dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri yang tumbuh dalam makanan tersebut. Beberapa di antara mikroorganisme dapat mengubah rasa beserta aroma dari makanan sehingga dianggap merupakan mikroorganisme pembusuk. Dalam pembusukan daging, mikroorganisme yang menghasilkan enzim proteolitik mampu merombak protein-protein. Pada proses pembusukan sayur dan buah, mikroorganisme pektinolitik mampu merombak bahan-bahan yang mengandung pektin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan (Tarigan, 1988). Mikroorganisme seperti bakteri, khamir (yeast) dan kapang (mould) dapat menyebabkan perubahan yang tidak dikehendaki pada penampakan visual, bau, tekstur atau rasa suatu makanan. Mikroorganisme ini dikelompokkan berdasarkan tipe aktivitasnya, seperti proteolitik, lipolitik, dll. Atau berdasarkan kebutuhan hidupnya seperti termofilik, halofilik, dll.
Rabu, 25 November 2009
HEPATITIS
Penyakit hepatitis umumnya muncul ditandai dengan rasa mual, muntah-muntah, demam, perasaan lemah, dan hilang nafsu makan. Hati terasa nyeri apabila diraba atau disentuh dari luar. Hal ini umumnya berlangsung selama 10 hari sampai 2 minggu. Dalam beberapa kasus, limpa menjadi besar dan sering merasa gatal hebat di kulit. Cairan empedu mungkin akan terlihat di dalam air seni, terutama selama tahap awal timbulnya penyakit ini. Kadang-kadang penderita juga menderita diare. Gejala hepatitis tidak tergantung kepada penyebabnya dan sangat bervariasi, dari yang tanpa gejala sampai gejala yang berat sekali. Terkadang penderita hepatitis berat, gejala yang dikeluhkan sangat minim sekali.
1. Gejala Hepatitis A
Sering kali tidak ada bagi anak kecil; demam tiba-tiba, hilang nafu makan, mual, muntah, penyakit kuning (Kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat.
2. Gejala Hepatitis B
Pada umumnya, gejala hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah 1 minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh kuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah, maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal diatas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepattis B kronis.
3. Gejala Hepatitis C
Biasanya orang-orang yang menderita penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini, karena memang tidak ada gejala-gejala khusus. Malah beberapa orang berpikir kalau mereka hanya terserang flu. Gejala yang biasa mereka rasakan antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut, atau hilangnya nafsu makan.
4. Gejala Hepatitis D
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Gejala Hepatitis E
Gejala hepatitis D mirip gejala hepatitis A, yaitu demam pegal linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri (self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan, khusunya trisemester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feses.
6. Gejala Hepatitis F
Gejala baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit yang terpisah hepatitis F.
7. Gejala Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfuse darah jarum suntik.
(www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/26/nrs)
C. PENULARAN DAN RESERVOIR HEPATITIS
Hepatitis dapat masuk ke dalam tubuh, terutama melalui makanan atau air yang dikotori oleh virus, tertular akibat transfusi darah maupun melalui pemakaian alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Hepatitis merupakan
penyakit yang lebih sering menjangkiti anak muda. Tempat tinggal yang sesak, kebersihan yang tidak terjamin dan kurangnya makanan sehat sangat memegang peranan dalam menyebabkan timbulnya penyakit ini.
1. Penularan Hepatitis A
Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses pasien, misalnya makana buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang pada prosesnya terkontaminasi.
2. Penularan Hepatitis B
Penularannya dapat terjadi lewat jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfuse darah dan gigitan manusia. Hepatitis B sangat beresiko bagi pecandu narkotika dan orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Hepatitis B menular melalui kontak dengan cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, air liur yang terinveksi virus. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah, dan gigitan manusia. Dapat juga melalui hubungan sex dengan orang yang terinfeksi. Namun, Hepatitis B tidak menular melalui air, menggunakan peralatan rumah tangga atau makan bersama, uap nafas, berpelukan, berciuman, batuk, bersin, atau sentuhan fisik.
3. Penularan Hepatitis C
Hepatitis C ditularkan melalui kontak sexual, penggunaan obat-obatan dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang telah terinfeksi. Para pakar yakin, kemungkinan ada factor resiko lain yang memerlukan studi lebih lanjut, seperti penggunaan tato atau menusuk tubuh dalam lingkungan yang tidak bersih.
4. Penularan Hepatitis D
Penularan melalui hubungan sexsual, jarum suntik dan transfuse darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala ringan atau amat progresif.
5. Penularan Hepatitis E
Penularan melalui air yang terkontaminasi feses.
6. Penularan Hepatitis G
Penularan melalui transfuse darah jarum suntik.
D. KERENTANAN DAN KEKEBALAN PENJAMU
1. Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning, dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
2. Hepatitis B
Seperti juga jenis hepatitis yang lain, virus hepatitis B dapat menyerang segala umur. Bahkan jika anda manusia dewasa yang sangat fit dan memiliki pola hidup sehat.
3. Hepatitis C
Kebanyakan kasus baru terjadi pada orang dewasa beruia muda, antara 25-40 tahun. Kecuali pasien sendiri meminta dilakukannya tes darah sederhana untuk memeriksa apakah muncul anti bodi yang menjadi petunjuk adanya infeksi ini, hepatitis C dapat tetap tidak ketahuan selama bertahun-tahun.
4. Hepatitis D
Yang memiliki resiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.
E. CARA PEMBERANTASAN HEPATITIS
Virus yang menyebabkan penyakit ini berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bias ditularkan ke orang lain. Memang sebagian orang yang terinfeksi virus ini bias embuh dengan sendirinya, namun demikian virus ini akan menetap dalam tubuh seumur hidup. Adapun upaya pemberantasan virus hepatitis dapat dilakukan beberapa cara antara lain:
1. Memberikan imunisasi agar kebal terhadap virus hepatitis
2. Memberikan pengobatan kepada penderita baik obat tradisional maupun obat kimia.
3. Penyakit hepatitis disebabkan juga oleh kuman yang masuk ke dalam tubuh dengan perantara makanan atau air yang tercemar. Untuk pemberantasan menjaga kebersihan makanan atau air yang digunakan dan selalu mencuci tangan.
4. Menghindari penggunaan obat-obatan dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang-orang yang telah terinfeksi serta hubungan sexsual secara bebas.
1. Gejala Hepatitis A
Sering kali tidak ada bagi anak kecil; demam tiba-tiba, hilang nafu makan, mual, muntah, penyakit kuning (Kulit dan mata menjadi kuning), air kencing berwarna tua, tinja pucat.
2. Gejala Hepatitis B
Pada umumnya, gejala hepatitis B ringan. Gejala tersebut dapat berupa selera makan hilang, rasa tidak enak di perut, mual sampai muntah, demam ringan, kadang-kadang disertai nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas. Setelah 1 minggu akan timbul gejala utama seperti bagian putih pada mata tampak kuning, kulit seluruh tubuh tampak kuning dan air seni berwarna seperti teh.
Ada 3 kemungkinan tanggapan kekebalan yang diberikan oleh tubuh terhadap virus hepatitis B pasca periode akut. Kemungkinan pertama, jika tanggapan kekebalan tubuh kuat maka akan terjadi pembersihan virus, pasien sembuh. Kedua, jika tanggapan kekebalan tubuh lemah, maka pasien tersebut akan menjadi carrier inaktif. Ketiga, jika tanggapan tubuh bersifat intermediate (antara dua hal diatas) maka penyakit terus berkembang menjadi hepattis B kronis.
3. Gejala Hepatitis C
Biasanya orang-orang yang menderita penyakit hepatitis C tidak menyadari bahwa dirinya mengidap penyakit ini, karena memang tidak ada gejala-gejala khusus. Malah beberapa orang berpikir kalau mereka hanya terserang flu. Gejala yang biasa mereka rasakan antara lain demam, rasa lelah, muntah, sakit kepala, sakit perut, atau hilangnya nafsu makan.
4. Gejala Hepatitis D
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Gejala Hepatitis E
Gejala hepatitis D mirip gejala hepatitis A, yaitu demam pegal linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri (self-limited), kecuali bila terjadi pada kehamilan, khusunya trisemester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feses.
6. Gejala Hepatitis F
Gejala baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit yang terpisah hepatitis F.
7. Gejala Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfuse darah jarum suntik.
(www.tempointeraktif.com/hg/narasi/2004/03/26/nrs)
C. PENULARAN DAN RESERVOIR HEPATITIS
Hepatitis dapat masuk ke dalam tubuh, terutama melalui makanan atau air yang dikotori oleh virus, tertular akibat transfusi darah maupun melalui pemakaian alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Hepatitis merupakan
penyakit yang lebih sering menjangkiti anak muda. Tempat tinggal yang sesak, kebersihan yang tidak terjamin dan kurangnya makanan sehat sangat memegang peranan dalam menyebabkan timbulnya penyakit ini.
1. Penularan Hepatitis A
Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses pasien, misalnya makana buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu yang pada prosesnya terkontaminasi.
2. Penularan Hepatitis B
Penularannya dapat terjadi lewat jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfuse darah dan gigitan manusia. Hepatitis B sangat beresiko bagi pecandu narkotika dan orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Hepatitis B menular melalui kontak dengan cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, air liur yang terinveksi virus. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah, dan gigitan manusia. Dapat juga melalui hubungan sex dengan orang yang terinfeksi. Namun, Hepatitis B tidak menular melalui air, menggunakan peralatan rumah tangga atau makan bersama, uap nafas, berpelukan, berciuman, batuk, bersin, atau sentuhan fisik.
3. Penularan Hepatitis C
Hepatitis C ditularkan melalui kontak sexual, penggunaan obat-obatan dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang telah terinfeksi. Para pakar yakin, kemungkinan ada factor resiko lain yang memerlukan studi lebih lanjut, seperti penggunaan tato atau menusuk tubuh dalam lingkungan yang tidak bersih.
4. Penularan Hepatitis D
Penularan melalui hubungan sexsual, jarum suntik dan transfuse darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala ringan atau amat progresif.
5. Penularan Hepatitis E
Penularan melalui air yang terkontaminasi feses.
6. Penularan Hepatitis G
Penularan melalui transfuse darah jarum suntik.
D. KERENTANAN DAN KEKEBALAN PENJAMU
1. Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning, dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
2. Hepatitis B
Seperti juga jenis hepatitis yang lain, virus hepatitis B dapat menyerang segala umur. Bahkan jika anda manusia dewasa yang sangat fit dan memiliki pola hidup sehat.
3. Hepatitis C
Kebanyakan kasus baru terjadi pada orang dewasa beruia muda, antara 25-40 tahun. Kecuali pasien sendiri meminta dilakukannya tes darah sederhana untuk memeriksa apakah muncul anti bodi yang menjadi petunjuk adanya infeksi ini, hepatitis C dapat tetap tidak ketahuan selama bertahun-tahun.
4. Hepatitis D
Yang memiliki resiko tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.
E. CARA PEMBERANTASAN HEPATITIS
Virus yang menyebabkan penyakit ini berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bias ditularkan ke orang lain. Memang sebagian orang yang terinfeksi virus ini bias embuh dengan sendirinya, namun demikian virus ini akan menetap dalam tubuh seumur hidup. Adapun upaya pemberantasan virus hepatitis dapat dilakukan beberapa cara antara lain:
1. Memberikan imunisasi agar kebal terhadap virus hepatitis
2. Memberikan pengobatan kepada penderita baik obat tradisional maupun obat kimia.
3. Penyakit hepatitis disebabkan juga oleh kuman yang masuk ke dalam tubuh dengan perantara makanan atau air yang tercemar. Untuk pemberantasan menjaga kebersihan makanan atau air yang digunakan dan selalu mencuci tangan.
4. Menghindari penggunaan obat-obatan dengan jarum, bahkan pemakaian bersama pisau cukur atau sikat gigi dengan orang-orang yang telah terinfeksi serta hubungan sexsual secara bebas.
PENYAKIT MALARIA
PENYAKIT MALARIA
Dalam mengharungi kehidupan ini, manusia perlu berhadapan dengan pelbagai penyakit. Salah satu darinya ialah malaria yang merupakan penyakit yang menakutkan. Istilah malaria ini diperkenalkan oleh Dr. Francisco Torti pada abad ke-17. Dalam perkataan Itali malaria bermaksud udara kotor.
Penyakit malaria ini kerap menjangkiti penduduk di kawasan tropika. Kajian menunjukkan bahawa di akhir abad ke 20 seramai 250 juta manusia dijangkiti malaria. Daripada jumlah tersebut 2 juta penduduk menemui maut. Antara tempat yang dijangkiti secara konstan ialah di Sahara Afrika. Penyakit ini juga ditemui di Malaysia, Singapura, China dan lain-lain negara di Asia.
Dalam pada itu pelbagai ubat telah dicari untuk mengubati penyakit malaria ini. Salah satu darinya ialah melalui pengekstrakan tumbuhan yang berkhasiat tinggi. Adalah dipercayai bahawa sesetengah tumbuhan dapat mengubat penyakit malaria ini. Pada pertengahan tahun 1940 pembasmian penyakit malaria mula dipraktikan kerana penghasilan antimalaria yang berkesan seperti klorokuin dan pamakuin. Namun begitu penggunaan racun serangga yang murah iaitu DDT telah gagal untuk membunuh nyamuk Anopheles yang kian membiak ketika itu.
Dalam tahun 1986, dianggarkan bahawa 400 juta penduduk tinggal di negara yang terdapat jangkitan malaria. Seterusnya seramai 1600 juta penduduk pula akan terdedah kepada penyakit ini. Oleh itu sehingga hari ini penyakit malaria masih lagi kekal sebagai satu penyakit yang merbahaya kepada seluruh penduduk dunia terutamanya yang tinggal di kawasan tropika panas.
Cara Malaria Berjangkit
Seperti yang diketahui malaria wujud di kawasan temperat, subtropika dan tropika. Walau bagaimanapun malaria lebih biasa wujud di kawasan tropika kerana cuacanya yang baik dan panas.
Menurut seorang pakar bedah malaria wujud disebabkan oleh parasit mikroskopik dalam darah iaitu protozoa. Protozoa ialah organisma yang mempunyai satu sel yang merupakan genus plasmodium.
Walau bagaimanapun menurut Ronald Ross iaitu doktor perubatan Britain menemui satu lagi peringkat dalam kitar hidup parasit ini iaitu melalui nyamuk Anopheles. Oleh itu malaria dipercayai dipindahkan ke dalam badan manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles. Di samping itu malaria juga boleh berjangkit melalui jarum suntikan iaitu apabila jarum tersebut digunakan oleh pesakit malaria dan digunakan kepada pesakit lain. Dengan ini penyakit malaria akan tersebar kepada orang tersebut. Pemindahan darah juga boleh menjangkitkan malaria. Apabila darah dipindahkan dari pesakit malaria kepada orang lain, secara langsung penyakit ini juga turut dipindahkan.
Kitar Hidup Parasit Malaria
Seperti benda hidup yang lain parasit malaria juga mempunyai kitar hidupnya sendiri. Kitar hidup parasit malaria boleh dibahagikan kepada dua peringkat iaitu seksual dalam nyamuk dan aseksual dalam manusia. Seksual dalam nyamuk berlaku melalui percantuman gamet. Aseksual dalam manusia pula ialah pembahagian atau perkembangan parasit tersebut.
Dalam diri manusia peringkat permulaannya dikenali sebagai sporozoit. Sporozoit adalah keadaan dimana ia bergerak bebas dalam diri manusia. Peringkat seterusnya ialah merozoit. Dalam keadaan ini merozoit masuk ke dalam sel darah merah dan membahagi ke bentuk yang lebih kecil. Selepas itu sel yang mempunyai merozit akan pecah dan membebaskan lebih banyak merozoit lagi. Dalam keadaan ini sejenis toksin akan dibebaskan. Proses ini akan berulang lagi di mana merozoit kemudian menyerang sel merah yang lain.
Dalam nyamuk pula merozoit akan bertukar menjdi gametosit yang kemudiannya bersatu dengan gametosit lain untuk membentuk zigot. Zigot ini pula seterusnya akan berkembang menjadi sporozoit. Sporozoit yang terhasil ini pula berhijrah ke kelenjar air liur nyamuk.
Tanda-tanda Awal Penyakit Malaria
Seseorang yang menghidap penyakit malaria akan mendapat demam sejuk panas. Serangan penyakit ini akan berlanjutan antara 4-10 jam. Mereka akan menggigil kesejukan kerana demam. Mata mereka pula sentiasa berair dan merah. Selain itu mereka akan mengalami muntah-muntah. Kebanyakannya mengalami gangguan tidur iaitu tidak dapat tidur dengan lena. Badan mereka juga akan merasa begitu sakit dan menjadi lemah.
Kesan Penyakit Malaria
Walaupun malaria adalah satu penyakit yang merbahaya namun jumlah orang yang mati akibatnya adalah 1% sahaja. Bagi pesakit yang selamat atau pulih dari penyakit ini akan mendapat kesan sampingan. Bagi mereka yang mendapat penyakit ini kembali akan mengidap penyakit anemia iaitu kekurangan darah merah dalam badan mereka. Di samping itu jika mereka membuat sesuatu kerja mereka akan cepat berasa letih. Kesan yang lain pula ialah mereka akan mengalami kemandulan dan keguguran bagi wanita.
Rawatan Malaria Melalui Tumbuhan
Adalah dipercayai bahawa penyakit malaria dapat diubati dengan penggunaan tumbuhan. Salah satu daripadanya ialah Kuinin atau Cinchona Officinalls L.
Pokok kuinin ini mempunyai sejarahnya tersendiri. Pada masa dahulu ia dimonopoli oleh pihak kristian. Mereka telah menghantar ekspedisi ke Gunung Andes untuk mendapatkan pokok ini. Selepas itu kerajaan Sepanyol telah memonopoli. Monopoli ke atas pokok kuinin ini hanya dapat dipecahkan pada tahun 1865. Walau bagaimanapun Sepanyol tidak membenarkan ia ditanam di tempat lain. Akan tetapi ianya telah diseludup oleh orang Inggeris.
Seterusnya orang Belanda telah mengambil alih monopoli tersebut. Charles Ledger telah menyeludupnya dari Inggeris dan dibawa ke London. Pokok kuinin ditanam di Jawa. Pada 1873 perladangan kuinin berjaya diwujudkan dan akhirnya Belanda memonopoli penjualan kuinin pada tahun 1890.
Terdapat 40 species pokok kuinin dalam famili Rubiaceae - Cinchona Officinalis L. merupakan salah satu darinya yang dapat menyembuhkan penyakit malaria. Bahagian yang digunakan untuk merawat malaria ialah kulit kayu pokok kuinin. Pokok kuinin banyak terdapat di Pergunungan Andes. Nama lain bagi pokok ini ialah Peruvian Bark, Fever Tree, Jesuit’s Bark yang selalu digunakan oleh masyarakat Anden di Amerika Selatan.
Pokok kuinin ini boleh ditemui di kawasan hujan tropika. Ia dipercayai hidup pada ketinggian 1000 hingga 8000 meter. Untuk membuat ubat darinya ia perlu ditulenkan supaya menjadi serbuk hablur putih. Serbuk ini diperoleh dari kulit kayu pokok kuinin. Ia merupakan 7% dari berat kulit kayu tersebut. Selepas ditulenkan, serbuk tersebut mestilah dicampur dengan air dan diminum. Campuran tersebut akan berasa pahit. Adalah dipercayai bahawa masyarakat di kawasan ini selalu mengamalkan cara ini. Oleh itu mereka dapat terselamat dari jangkitan penyakit malaria. Serbuk hablur putih ini mempunyai alkaloid kuinin. Walau bagaimanapun ia tidak dapat mengubat malaria sepenuhnya. Akan tetapi ia hanya dapat membunuh parasit dalam sel darah merah. Sekiranya ia digunakan secara berterusan ia akan memberi kesan sampingan. Antaranya ialah orang tersebut akan menjadi buta dan pekak. Di samping itu mereka akan mendapat ruam kulit dan mengalami sakit perut.
Bagi mengatasi penyakit ini, antimalaria sintetik telah dihasilkan. Ia cuba ditanam di negara Asia seperti di India dan Sri Lanka. Akan tetapi ia menemui kegagalan. Kemudian kerajaan Amerika Syarikat pula mempelopori kuinin sintetik. Akhirnya Atabrin dihasilkan di mana ia juga tidak berkesan kerana kulit menjadi kuning apabila digunakan.
Pada pertengahan tahun 1940 antimalaria sintetik yang bekesan berjaya dihasilkan. Antaranya ialah pemakuin dan klorokuin. Namun begitu penggunaan antimalaria sintetik juga mempunyai beberapa kelemahan. Salah satunya ialah ia sangat mahal. Ini kerana penghasilannya memerlukan belanja yang besar. Selain itu ia adalah parasit lali. Ini bermakna ia akan memberi kelalaian kepada pesakit iaitu perlu menambah dos setiap kali serangan berlaku. Contohnya, pada kali pertama satu dos disuntik manakala pada kali keduanya ditambah pula 3 lagi dos.
Selain itu terdapat juga tumbuhan lain yang dipercayai dapat mengubat malaria. Contohnya ialah Brucea javanica L. yang merupakan alkaloid ataupun anti malaria. Simba cedron dari Panama dan Ailanthus altissima diperkenalkan di United Kingdom dari India telah diekstrak dengan petroleum cair, kloroform dan metanol. Pelbagai kajian telah dijalankan untuk mengubat penyakit malaria ini.
Di samping itu species dari famili Rutaceae dan Meliaceae yang berhubung rapat dengan Simaroubaceae turut digunakan dalam mengubat penyakit malaria. Azadirachta indica turut digunakan sebagai ubat malaria di Afrika dan di Asia.
Bibliografi
Medicinal and poiconous plants of tropics. Botanical Congress, Berlin, 24 Julai - 1 Ogos 1987.
Shellard, E.J. (1979). The Significance of research into medicinal plants. University of IFE Press, Nigeria, 98-111.
Nota Kuliah, Dr. Ahmad Ismail, Tumbuhan, Manusian dan Kehidupan, 1998.
Hakim Mohamad Said. Medicine in China. 1965.
Kuman penyebab.
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Anopheles.
Manifestasi penyakit
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
Setelah masa tunas, orang yang tertular akan mengalami demam tinggi dan menggigil selama beberapa jam, disertai pengeluaran keringat yang banyak, pusing, mual, kemudian diikuti dengan masa bebas gejala, dimana penderita merasa sehat seperti sediakala, namun setelah beberapa hari gejala-gejala seperti di atas akan berulang kembali, demikian seterusnya berulang-ulang.
Penghancuran sel-sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi anemis, hati dan limpa membesar, sumbatan-sumbatan pada pembuluh kapiler darah dapat menyebabkan kerusakan pada organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan suplai darah, seperti otak dan sebagainya.
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
• Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, demam muncul setiap hari ketiga.
• Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, demam setiap hari keempat.
• Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, demam tidak teratur, disertai gejala terkenanya otak, koma dan kematian yang mendadak.
• Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.
Diagnosa.
Gejala klinis yang khas dipastikan dengan ditemukannya organisme penyebab di dalam sel-sel darah merah penderita pada pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan.
Tergantung sensitifitas dan jenis penyebabnya, dapat dipilih obat antimalaria yang paling tepat untuk setiap kasus.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika
Pencegahan.
Pencegahan dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau pemberian khlorokuin bila mengunjungi daerah endemik malaria.
Penyakit Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan Afrika.
Ada empat type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi manusia, namun yang seringkali ditemui pada kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax. Lainnya adalah Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae.
• Tanda dan Gejala Penyakit malaria
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati serta limpa membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin (Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.
Namun demikian, tanda yang klasik ditampakkan adalah adanya perasaan tiba-tiba kedinginan yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak berkeringat setelah 4 sampai 6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap dua hari. Diantara masa tersebut, mungkin penderita merasa sehat seperti sediakala. Pada usia anak-anak serangan malaria dapat menimbulkan gejala aneh, misalnya menunjukkan gerakan / postur tubuh yang abnormal sebagai akibat tekanan rongga otak. Bahkan lebih serius lagi dapat menyebabkan kerusakan otak.
• Penggolongan Manifestasi Penyakit Malaria
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
- Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga.
- Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari keempat.
- Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, penderita mengalami demam tidak teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan kematian yang mendadak.
- Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.
• Menegakkan Diagnosa Penyakit Malaria
Dengan adanya tanda dan gejala yang dikeluhkan serta tampak oleh Tim kesehatan, maka akan segera dilakukan pemeriksaan laboratorium (khususnya pemeriksaan darah) untuk memastikan penyebabnya dan diagnosa yang akan diberikan kepada penderita.
• Pengobatan Penyakit Malaria
Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang timbul maupun lebih berfokus pada hasil laboratium maka dokter akan memberikan beberapa obat-obatan kepada penderita. Diantaranya adalah pemberian obat untuk menurunkan demam seperti paracetamol, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebagai upaya membantu kesembuhan.
Sedangkan obat antimalaria biasanya yang dipakai adalah Chloroquine, karena harganya yang murah dan sampai saat ini terbukti efektif sebagai penyembuhan penyakit malaria di dunia. Namun ada beberapa penderita yang resisten dengan pemberian Chloroquine, maka beberapa dokter akan memberikan antimalaria lainnya seperti Artesunate-Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-amodiaquine, Artesunat-piperquine, Artemether-lumefantrine, dan Dihidroartemisinin-piperquine.
• Pencegahan Penyakit Malaria
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian obat Chloroquine bila mengunjungi daerah endemik malaria.
MALARIA
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.
Dengan munculnya program pengendalian yang didasarkan pada penggunaan residu insektisida, penyebaran penyakit malaria telah dapat diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi).
Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.
Penanganan
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride ) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah. Sejak akhir perang dunia kedua, klorokuin dianggap lebih mampu menangkal dan menyembuhkan demam rimba secara total, juga lebih efektif dalam menekan jenis-jenis malaria dibandingkan dengan Atabrine atau quinine. Obat tersebut juga mengandung kadar racun paling rendah daripada obat-obatan lain yang terdahulu dan terbukti efektif tanpa perlu digunakan secara terus menerus.
Namun baru-baru ini strain Plasmodium falciparum, organisme yang menyebabkan malaria tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap klorokuin serta obat anti malaria sintetik lain. Strain jenis ini ditemukan terutama di Vietnam, dan juga di semenanjung Malaysia, Afrika dan Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain plasmodium falciparum. Seiring dengan munculnya strain parasit yang kebal terhadap obat-obatan tersebut, fakta bahwa beberapa jenis nyamuk pembawa (anopheles) telah memiliki daya tahan terhadap insektisida seperti DDT telah mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit malaria di beberapa negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit malaria juga mengalami peningkatan pada para turis dari Amerika dan Eropa Barat yang datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga diantara pengungsi-pengungsi dari daerah tersebut. Para turis yang datang ke tempat yang dijangkiti oleh penyakit malaria yang tengah menyebar, dapat diberikan obat anti malaria seperti profilaksis (obat pencegah).
Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa minggu setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif terhadap strain malaria yang kebal terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Namun obat tersebut saat ini tengah diselidiki apakah dapat menimbulkan efek samping yang merugikan. Suatu kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di daerah-daerah yang terjangkit malaria yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara Proguanil digunakan hanya sebagai pencegahan.
Saat ini para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria. Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat kini tengah diuji coba klinis guna keamanan dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan, sementara ahli lainnya tengah berupaya untuk menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan tengah dilakukan untuk menemukan sejumlah obat dengan bahan dasar artemisin, yang digunakan oleh ahli obat-obatan Cina untuk menyembuhkan demam. Bahan tersebut terbukti efektif terhadap Plasmodium falciparum namun masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria ( anopeles ) betina ( WHO 1981 ) ditandai dengan deman, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan Malaria adalah Plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan palsmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor Leste. Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9 ? 40 hari ( WHO 1997 )
Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati ( ekso-eritrositer ). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit / kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer ), mulai bentuk tropozoit muda sampai sison tua / matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merosoit. Merosoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sporozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia. Khusus P. Vivax dan P. Ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati disebut Hipnosoit (lihat bagan siklus), bentuk hipnosoit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya 1 ? 2 tahun yang sebelumnya pernah menderita P. Vivax/Ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia pindah ke daerah bebas malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami kelelahan/stres, maka gejala malaria muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif P. Vivax/Ovale.
Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat/komplikasi, sedangkan P. Vivax, P. Ovale dan P. Malariae tidak merusak organ tersebut. P. falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua di dalam otak, peristiwa ini yang disebut sekuestrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20 ? 50 %, hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak sebagian kecil dapat terjadi sekuele. Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 % jumlah penduduk.
PENATALAKSANAAN MALARIA BERAT
Selalu lakukan pemeriksaan secara legaartis, yang tdd :
Anamnesis secara lengkap (allo dan/ auto anamnesis bila memungkinkan)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium : parasitologi, darah tepi lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal dan lain-lain untuk mendukung/menyingkirkan diagnosis/komplikasi lain, misal :: punksi lumbal, foto thoraks, dan lain-lain.
Penatalaksanaan malaria berat secara garis besar mempunyai 3 komponen penting yaitu :
Terapi spesifik dengan kemoterapi anti malaria.
Terapi supportif (termasuk perawatan umum dan pengobatan simptomatik)
Pengobatan terhadap komplikasi
Pada setiap penderita malaria berat, maka tindakan yang dilakukan di puskesmas sebelum dirujuk adalah :
A. Tindakan umum
B. Pengobatan simptomatik
C. Pemberian anti malaria pra rujukan : dosis I Kinin antipirin 10 mg/KgBB IM (dosis tunggal)
A. Tindakan umum ( di tingkat Puskesmas ) :
Persiapkan penderita malaria berat untuk dirujuk ke rumah sakit/fasilitas pelayanan yang lebih tinggi, dengan cara :
Jaga jalan nafas dan mulut untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila diperlukan beri oksigen (O2)
Perbaiki keadaan umum penderita (beri cairan dan perawatan umum)
Monitoring tanda-tanda vital antara lain : keadaan umum, kesadaran, pernafasan, tekanan darah, suhu, dan nadi setiap 30 menit (selalu dicatat untuk mengetahui perkembangannya)
Untuk konfirmasi diagnosis, lakukan pemeriksaan SD tebal. Penilaian sesuai kriteria diagnostik mikroskopik.
Bila hipotensi, tidurkan dalam posisi Trendenlenburg dan diawasi terus tensi, warna kulit dan suhu, laporkan ke dokter segera.
Kasus dirujuk ke rumah sakit bila kondisi memburuk
Buat / isi status penderita yang berisi catatan mengenai : identitas penderita, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (bila tersedia), diagnosis kerja, diagnosis banding, tindakan & pengobatan yang telah diberikan, rencana tindakan/pengobatan, dan lain-lain yang dianggap perlu (misal : bila keluarga penderita menolak untuk dirujuk maka harus menandatangani surat pernyataan yang disediakan untuk itu). Catatan vital sign disatukan kedalam status penderita.
B. Pengobatan simptomatik :
Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia : parasetamol 15 mg/KgBB/x, beri setiap 4 jam dan lakukan juga kompres hangat.
Bila kejang, beri antikonvulsan : Dewasa : Diazepam 5-10 mg IV (secara perlahan jangan lebih dari 5 mg/menit) ulang 15 menit kemudian bila masih kejang. Jangan diberikan lebih dari 100 mg/24 jam.
Bila tidak tersedia Diazepam, sebagai alternatif dapat dipakai Phenobarbital 100 mg IM/x
(dewasa) diberikan 2 x sehari.
C. Pemberian obat anti malaria spesifik :
Kina intra vena (injeksi) masih merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk malaria berat. Kemasan garam Kina HCL 25 % injeksi, 1 ampul berisi 500 mg / 2 ml.
Pemberian anti malaria pra rujukan (di puskesmas) : apabila tidak memungkinkan pemberian kina perdrip maka dapat diberikan dosis I Kinin antipirin 10 mg/KgBB IM (dosis tunggal).
Cara pemberian :
Kina HCL 25 % (perdrip), dosis 10mg/Kg BB atau 1 ampul (isi 2 ml = 500 mg) dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5 % atau dextrose in saline diberikan selama 8 jam dengan kecepatan konstan 2 ml/menit, diulang dengan cairan yang sama setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Bila penderita sudah dapat minum, Kina IV diganti dengan Kina tablet / per oral dengan dosis 10 mg/Kg BB/ x dosis, pemberian 3 x sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian infus perdrip yang pertama).
Catatan :
Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena dapat menyebabkan kadar dalam plasma sangat tinggi dengan akibat toksisitas pada jantung dan kematian.
Bila karena berbagai alasan Kina tidak dapat diberikan melalui infus, maka dapat diberikan IM dengan dosis yang sama pada paha bagian depan masing-masing 1/2 dosis pada setiap paha (jangan diberikan pada bokong). Bila memungkinkan untuk pemakaian IM, kina diencerkan dengan normal saline untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml
Apabila tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian 48 jam kina parenteral, maka dosis maintenans kina diturunkan 1/3 - 1/2 nya dan lakukan pemeriksaan parasitologi serta evaluasi klinik harus dilakukan.
Total dosis kina yang diperlukan :
Hari 0 : 30 mg/Kg BB
Hari I : 30 mg/Kg BB
Hari II dan berikutnya : 15-20 mg/Kg BB.
Dosis maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
Hindari sikap badan tegak pada pasien akut selama terapi kina untuk menghindari hipotensi postural berat.
Bila tidak memungkinkan dirujuk, maka penanganannya : lanjutkan penatalaksanaan sesuai protap umum Rumah Sakit (seperti telah diuraikan diatas), yaitu :
Pengobatan spesifik dengan obat anti malaria.
Pengobatan supportif/penunjang (termasuk perawatan umum dan pengobatan simptomatik)
Ditambah pengobatan terhadap komplikasi.
PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI
1. Malaria cerebral
Didefinisikan sebagai unrousable coma pada malaria falsiparum, suatu perubahan sensorium yaitu manifestasi abnormal behaviour/kelakuan abnormal pada seorang penderita dari mulai yang paling ringan sampai koma yang dalam. Terbanyak bentuk yang berat.
Diantaranya berbagai tingkatan penurunan kesadaran berupa delirium, mengantuk, stupor, dan ketidak sadaran dengan respon motorik terhadap rangsang sakit yang dapat diobservasi/dinilai. Onset koma dapat bertahap setelah stadium inisial konfusi atau mendadak setelah serangan pertama. Tetapi ketidak sadaran post iktal jarang menetap setelah lebih dari 30-60 menit. Bila penyebab ketidaksadaran masih ragu-ragu, maka penyebab ensefalopahty lain yang lazim ditempat itu, seperti meningoensefalitis viral atau bakterial harus disingkirkan.
Manifestasi neurologis ( 1 atau beberapa manifestasi ) berikut ini bisa ada :
Ensefalopathy difus simetris.
Kejang umum atau fokal.
Tonus otot dapat meningkat atau turun.
Refleks tendon bervariasi.
Terdapat plantar fleksi atau plantar ekstensi.
Rahang mengatup rapat dan gigi kretekan (seperti mengasah).
Mulut mencebil (pouting) atau timbul refleks mencebil bila sisi mulut dipukul.
Motorik abnormal seperti deserebrasi rigidity dan dekortikasi rigidity.
Tanda-tanda neurologis fokal kadang-kadang ada.
Manifestasi okular : pandangan divergen (dysconjugate gaze) dan konvergensi spasme sering terjadi. Perdarahan sub konjunctive dan retina serta papil udem kadang terlihat.
Kekakuan leher ringan kadang ada. Tetapi tanda Frank (Frank sign) meningitis, Kernigs (+) dan photofobia jarang ada. Untuk itu adanya meningitis harus disingkirkan dengan pemeriksaan punksi lumbal (LP).
Cairan serebrospinal (LCS) jernih, dengan < 10 lekosit/ml, protein sering naik ringan.
Di derah endemik malaria, semua kasus demam dengan perubahan sensorium harus diobati sebagai serebral malaria, sementara menyingkirkan meningoensefalitis yang biasa terjadi di tempat itu.
Prinsip penatalaksanaan :
Penatalaksanaan malaria serebral pada umumnya sama seperti pada malaria berat. Disamping pemberian obat anti malaria spesifik, beberapa hal penting perlu diperhatikan :
Perawatan pasien tidak sadar.
Pengobatan simptomatik : pengobatan hiperpireksia dan pengobatan yang cepat bila ada kejang. Cara pemberian anti piretik dan antikonvulsan seperti sudah dijelaskan diatas.
Deteksi dini & pengobatan komplikasi berat lainnya.
Hati-hati terhadap terjadinya infeksi bakteri terutama pada pasien-pasien dengan pemasangan IV-line, intubasi endotracheal atau kateter saluran kemih. Hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia.
Perawatan pasien tidak sadar meliputi :
Buat grafik suhu, nadi dan pernafasan secara akurat.
Pasang IVFD. Untuk mencegah terjadinya trombophlebitis dan infeksi yang sering terjadi melalui IV-line maka IV-line sebaiknya diganti setiap 2-3 hari.
Pasang kateter urethra dengan drainase/ kantong tertutup. Pemasangan kateter dengan memperhatikan kaidah a/antisepsis.
Pasang nasogastric tube (maag slang) dan sedot isi lambung untuk mencegah aspirasi pneumonia.
Mata dilindungi dengan pelindung mata untuk menghindari ulkus kornea yang dapat terjadi karena tidak adanya refleks mengedip pada pasien tidak sadar.
Menjaga kebersihan mulut untuk mencegah infeksi kelenjar parotis karena kebersihan rongga mulut yang rendah pada pasien tidak sadar.
Ubah/balik posisi lateral secara teratur untuk mencegah luka dekubitus dan hypostatic pneumonia.
Hal-hal yang perlu dimonitor :
Tensi, nadi, suhu dan pernafasan setiap 30 menit.
Pemeriksaan derajat kesadaran dengan modifikasi Glasgow coma scale (GCS) setiap 6 jam.
Hitung parasit setiap 12-24 jam.
Hb & Ht setiap hari.
Gula darah setiap 4 jam.
Parameter lain sesuai indikasi ( misal : ureum, creatinin & kalium darah pada komplikasi gagal ginjal ).
Pemeriksaan derajat kesadaran (modifikasi Glasgow coma score)
Obat-obat berikut dahulu pernah dipakai untuk pengobatan malaria serebral tetapi menurut WHO sekarang tidak boleh dipakai karena berbahaya, yaitu :
? Dexamethason dan Kotikosteroid lainnya
? Obat anti inflamasi yang lain
? Anti udem serebral (urea, manitol)
? Dextran berat molekul rendah
? Epinephrine (adrenalin)
? Heparin.
Penatalaksanaan pasien koma
Selalu memakai prinsip ABC ( A=Airway, B=Breathing, C=Circulation) + D=Drug [defibrilasi].
Airway ( jalan nafas ) :
Jaga jalan nafas agar selalu bersih/tanpa hambatan, dengan cara :
Bersihkan jalan nafas dari saliva, muntahan, dll
Pasien posisi lateral
Tempat tidur datar/tanpa bantal.
Mencegah aspirasi cairan lambung masuk ke saluran pernafasan, dengan jalan : posisi lateral dan pemasangan NGT untuk menyedot isi lambung.
Breathing (pernafasan) :
Bila takipnoe, pernafasan asidosis : berikan penunjang ventilasi , misal : O2, dan rujuk ke ICU.
Circulation (kardiovaskular) :
Periksa dan catat : Nadi, tensi, JVP, CVP (bila memungkinkan), turgor kulit, dll.
Jaga keseimbangan cairan : lakukan monitoring balans cairan dengan mencatat intake dan output cairan secara akurat.
Pemasangan kateter urethra dengan drainage/bag tertutup untuk mengukur volume urin. Bila fungsi ginjal baik, adanya dehidrasi atau overhidrasi dapat juga diketahui dari volume urin. Normal volume urin : 1 ml/menit [1 ml/kg BB/jam]. Bila volume urin < 30 ml/jam, mungkin terjadi dehidrasi (periksa juga tanda-tanda lain dehirasi), maka tambahkan intake cairan melalui IV-line. Bila volume urin > 90 ml/jam, kurangi intake cairan untuk mencegah overload yang mengakibatkan udem paru.
2. Anemia berat ( Hb < 5 gr % )
Bila Ht < 15 % atau Hb < 5 g %, tindakan :
Berikan transfusi darah 10 ? 20 ml/kgBB [rumus: tiap 4 ml/kg BB darah akan menaikkan Hb 1 g%] paling baik darah segar atau PRC, dengan memonitor kemungkinan terjadinya overload karena pemberian transfusi darah dapat memperberat kerja jantung. Untuk mencegah overload, dapat diberikan furosemide 20 mg IV. Pasien dengan gagal ginjal hanya diberikan PRC. Volume transfusi dimasukkan sebagai input dalam catatan balans cairan.
3. Hypoglikemia (Gula darah < 40 mg %)
Sering terjadi pada penderita malaria berat terutama anak usia < 3 tahun, ibu hamil sebelum atau sesudah pemberian terapi kina (kina menyebabkan hiperinsulinemia), maupun penderita malaria berat lain dengan terapi kina. Penyebab lain diduga karena terjadi peningkatan uptake glukosa oleh parasit malaria.
Tindakan :
a. Berikan 10 ? 100 ml Glukosa 40 % IV secara injeksi bolus (anak-anak : 1 ml/Kg BB)
b. Infus glukosa 5 % atau 10 % perlahan-lahan untuk mencegah hipoglikemia berulang.
c. Monitoring teratur kadar gula darah setiap 4-6 jam.
Bila sarana pemeriksaan gula darah tidak tersedia, pengobatan sebaiknya diberikan berdasarkan kecurigaan klinis adanya hipoglikemia.
4. Kolaps sirkulasi, syok hipovolume, hipotensi, ?Algid malaria? dan septikaemia
Sering terlihat pada pasien-pasien dengan :
Dehidrasi dengan hipovolemia (akibat muntah-muntah dan intake cairan kurang)
Pasien dengan diare dan peripheral circulatory failure (algid malaria)
Perdarahan masif GI tract
Mengikuti ruptur limpa
Dengan komplikasi septikaemia gram negative
Kolaps sirkulasi lebih lanjut berakibat komplikasi asidosis metabolik, respiratory distress dan gangguan fungsi / kerusakan jaringan.
Gejala : hipotensi dengan tekanan sistolik < 70 mm Hg pada orang dewasa dan < 50 mm Hg pada anak-anak, konstriksi vena perifer.
Gejala khas : kulit dingin, suhu 38-40 oC, mata cekung, cianosis pada bibir dan kuku, nafas cepat, nadi cepat dan dangkal, nyeri ulu hati, dapat disertai mual/muntah, diare berat.
Tindakan :
Koreksi hipovolemia dengan pemberian cairan yang tepat (NaCL 0,9 %, ringer laktat, dextrose 5 % in saline), plasma expander (darah segar, plasma, haemacell atau bila tidak tersedia dengan dextran 70) dalam waktu 1/2 - 1 jam pertama 500 ml, bila tidak ada perbaikan tensi dan tidak ada overhidrasi, beri 1000 ml, tetes diperlambat dan diulang bila dianggap perlu.
Bila memungkinkan, monitor dengan CVP ( tekanan dipelihara antara 0 s/d +5 cm)
Bila terjadi hipovolemia menetap, diberikan Dopamin dengan dosis inisial 2 ug/Kg/menit yang dilarutkan dalam dextrose 5 %. [pada hipovolemia kontra indikasi untuk pemberian inotropik karena tidak akan menaikkan TD malah menimbulkan takikardi yang justru akan merugikan. Bila hipovolemia sudah teratasi tapi TD belum naik, kemungkinan kontraktilitas miokard yang jelek ? diperbaiki dengan pemberian Dobutamin, bukan Dopamin, dengan dosis sampai 20 µg/kg BB/m] dosis dinaikkan secara hati-hati sampai tekanan sistolik mencapai 80-90 mm Hg.
Periksa kadar gula darah untuk menyingkirkan kemungkinan hipoglokemia.
Buat kultur darah dan resistensi test. Mulai segera pemberian antibiotik broad spektrum, misal : generasi ketiga sefalosporin bila tersedia, yang dapat dikombinasi dengan aminoglikosida bila fungsi renal sudah dipastikan baik (periksa juga ureum & kreatinin darah)
Apabila CVP tidak mungkin dilakukan, monitoring dan pencatatan balas cairan secara akurat sangat membantu agar tidak terjadi overhidrasi.
Pada Anak-anak :
Lakukan Rehidrasi (Pemberian cairan infus), larutan dektrosa 5 % atau 10 % atau NaCL 0,9 %, Dosis 1 jam pertama, 30 ml/kgBB atau 10 x kgBB per tetes/menit. Misalnya : anak dengan BB 10 kg = 10 x 10 tetes/menit, dilanjutkan 20 ml/kgBB (23Jam sisa), atau 7 tetes x kgBB/menit, dilanjutkan pemberian maintenace 10 ml/kgBB/hari atau 3 tetes/kgBB/menit
Awasi nadi, tensi dan pernafasan setiap 30 menit.
5. Gagal ginjal akut (acute renal failure / ARF )
Terjadi sebagai akibat hipovolemia atau ischemik sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi ginjal yang menurunkan filtrasi glomerulus. Paling sering terjadi gagal ginjal pre-renal akibat dehidrasi diatas (>50 %), sedangkan gagal ginjal renal akibat tubuler nekrosis akut hanya terjadi pada 5-10 % penderita. Namun ARF sering terdeteksi terlambat setelah pasien sudah mengalami overload (dekompensasi kordis) akibat rehidrasi yang berlebihan (overhidrasi) pada penderita dengan oliguria/anuria, dan karena tidak tercatatnya balans cairan secara akurat.
Pada pasien severe falciparum malaria, bila memungkinkan sebaiknya kadar serum kreatinin diperiksa 2-3 x/minggu.
Bila terjadi oliguria (volume urin < 400 ml/24 jam atau < 20 ml/jam pada dewasa atau < 0,5 ml/Kg BB/jam pada anak-anak setelah diobservasi/diukur selama 4-6 jam) disertai tanda klinik dehidrasi maka berikan cairan untuk rehidrasi dengan terus berhati-hati/ mengawasi apakah ada tanda-tanda overload.
Untuk itu awasi semua tanda-tanda vital, monitoring balans cairan, pemeriksaan auskultasi paru, jugular venous pressure (JVP) dan central venous pressure (CVP) bila tersedia dan observasi volume urin.
Bila terjadi anuria. Berikan diuretik : Furosemid inisial 40 mg IV, observasi urin output. Bila tidak ada respon, dosis furosemid ditingkatkan progresif sampai maksimum 200 mg [dosis furosemid: 10-30 mg/jam] dengan interval 30 menit. Bila masih tidak respon (urin output ( - ) atau < 120 ml/2jam) periksa kadar ureum & kreatinin serum karena mungkin telah terjadi ARF.
Persiapkan penderita untuk dialisis atau rujuk ke RS dengan fasilitas dialisis bila terjadi ARF. ARF biasanya reversibel apabila ditanggulangi secara cepat dan tepat.
ARF yang disertai tanda-tanda overload (dekompensasi jantung) sangat berbahaya bila tidak ditanggulangi secara cepat.
Tanda-tanda overload dari ringan sampai berat berupa : batuk-batuk, tensi meningkat/sedikit meningkat, nadi cepat, auskultasi paru ada ronki basah di basal bilateral paru, auskultasi jantung mungkin terdengar bunyi jantung tambahan (bunyi ke 3) dan JVP meningkat, serta pasien terlihat agak sesak sampai sesak nafas berat.
Bila ada tanda-tanda overload, segera hentikan pemberian cairan.
Rencanakan dialisis dengan ultrafiltrasi atau peritoneal dialisis, atau rujuk ke RS dengan fasilitas dialisis.
Periksa juga kadar elektrolit darah dan EKG bila tersedia untuk mencari terjadinya hiperkalemia, asidosis metabolik serta gangguan keseimbangan asam-basa.
Catatan :
Normal kadar ureum darah : 20 - 40 mg/dl, kreatinin N : 0,8 ? 1,1 mg/dl.
Indikasi dialisis :
Klinik :
Tanda-tanda uremik
Tanda-tanda volume overload
Pericardial friction rub
Pernafasan asidosis setelah rehidrasi
Indikasi laboratorium :
Hiperkalemia (K > 6,5 mEq/L, hiperkalemia dapat juga didiagnosis melalui EKG)
Peningkatan ureum dengan uremic syndrome.
6. Perdarahan & gangguan pembekuan darah (coagulopathy)
Perdarahan dan koagulopathi jarang ditemukan di daerah endemis pada negara-negara tropis. Sering terjadi pada penderita yang non-imun terhadap malaria. Biasanya terjadi akibat trombositopenia berat ditandai manifestasi perdarahan pada kulit berupa petekie, purpura, hematom atau perdarahan pada hidung, gusi dan saluran pencernaan.
Gangguan koagulasi intra vaskuler jarang terjadi.
Tindakan :
Beri vitamin K injeksi dengan dosis 10 mg intravena bila protrombin time atau partial tromboplastin time memanjang.
Periksa Hb : bila < 5 gr% direncanakan transfusi darah, 10 ? 20 ml /kgBB
Hindarkan pemberian korttikosteroid untuk trombositopenia.
Perbaiki keadaan gizi penderita.
7. Edema paru
Edem paru sering timbul belakangan dibanding komplikasi akut lainnya.
Edema paru terjadi akibat :
ARDS (Adult respiratory distress syndrome) [tanda-tanda ARDS: timbul akut, ada gambaran bercak putih pada foto toraks di kedua paru, rasio PaO2:FiO2 < 200, tidak ada gejala gagal jantung kiri]
Over hidrasi akibat pemberian cairan.
ARDS terjadi secara tidak langsung karena peningkatan permeabilitas kapiler di paru.
ARDS dan overload cairan, keduanya dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersamaan.
Bentuk klinik ARDS : - Takipnoe (nafas cepat) pada fase awal
- Pernafasan dalam
- Sputum : ada darah dan berbusa.
- X-ray : ada bayangan pada kedua sisi paru dan hipoksaemia.
Perbedaan ARDS dengan fluid overload :
ARDS Fluid overload
Balans cairan Normal Input > output
CVP Normal Meninggi
Tekanan A. Pulmonal Normal Meninggi
JVP Normal Meninggi
Tindakan :
Bila ada tanda udema paru akut penderita segera dirujuk, dan sebelumnya dilakukan tindakan sebagai berikut :
1. Akibat ARDS
a. Pemberian oksigen
b. PEEP (positive end-respiratory pressure) bila tersedia.
2. Akibat over hidrasi :
- Pembatasan pemberian cairan
- Pemberian furosemid 40 mg i.v bila perlu diulang 1 jam kemudian atau dosis ditingkatkan sampai 200 mg (maksimum) sambil memonitor urin output dan tanda-tanda vital.
- Rujuk segera bila overload tidak dapat diatasi.
- Untuk kondisi mendesak (pasien kritis) dimana pernafasan sangat sesak, dan tidak cukup waktu untuk merujuk pasien, lakukan :
? Posisi pasien ½ duduk.
? Venaseksi, keluarkan darah pasien kedalam kantong transfusi/donor sebanyak 250-500 ml akan sangat membantu mengurangi sesaknya. Apabila kondisi pasien sudah normal, darah tersebut dapat dikembalikan ketubuh pasien.
8. Jaundice ( bilirubin > 3 mg%)
Manifestasi ikterus pada malaria berat sering dijumpai di Asia dan Indonesia yang mempunyai prognosis jelek.
Tindakan :
1. Tidak ada terapi khusus untuk jaundice. Bila ditemukan hemolisis berat dan Hb sangat menurun maka beri transfusi darah.
2. Bila fasilitas tidak memadai penderita sebaiknya segera di rujuk.
9. Asidosis metabolik
Asidosis dalam malaria dihasilkan dari banyak proses yang berbeda, termasuk diantaranya : obstruksi mikrosirkulasi, disfungsi renal, peningkatan glikolisis, anemia, hipoksia, dan lain-lain. Oleh karena itu asidosis metabolik sering ditemukan bersamaan dengan komplikasi lain seperti : anemia berat, ARF, hipovolemia, udem paru dan hiperparasitemia yang ditandai dengan peningkatan respirasi (cepat dan dalam), penurunan PH dan bikarbonat darah. Penyebabnya karena hipoksia jaringan dan glikolisis anaerobik. Diagnosis dan manajemen yang terlambat akan mengakibatkan kematian.
Tindakan :
a. Lakukan pemeriksaan kadar Hb. Bila penyebabnya karena anemia berat (Hb < 5 g%), maka beri transfusi darah segar atau PRC.
b. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah, bila pH < 7,15 lakukan koreksi dengan pemberian larutan natrium bikarbonat [hati-hati koreksi dengan bicarbonat dapat meningkatkan PaCO2] melalui IV-line (walau sebenarnya pemberian natrium bikarbonat masih kontroversial). Koreksi pH arterial harus dilakukan perlahan 1-2 jam
c. Bila sesak nafas, beri O2.
d. Bila tidak tersedia fasilitas yang memadai sebaiknya penderita segera di rujuk
10. Blackwater fever (malarial haemoglobinuria)
Pasien dengan defisiensi G-6-PD dapat terjadi hemolisis intravascular dan hemoglobinuria yang dipresipitasi oleh primakuin dan obat-obat oksidan yang dipakai sebelum terkena malaria. Hemoglobinuria dihasilkan dari masifnya hemolisis. Tidak berhubungan dengan disfungsi renal secara signifikan. Blackwater biasanya sementara dan dapat berubah tanpa komplikasi. Namun dapat juga menjadi gagal ginjal akut dalam kasus-kasus yang berat.
Tindakan :
? Berikan cairan rehidrasi, monitor CVP.
? Bila Ht < 20 %, beri transfusi darah
? Lanjutkan pemberian kemoterapi anti malaria.
? Bila berkembang menjadi ARF, rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas hemodialisis.
11. Hiperparasitemia.
Umumnya pada penderita yang non-imun, densitas parasit > 5 % dan adanya skizontaemia sering berhubungan dengan malaria berat. Tetapi di daerah endemik tinggi, sebagian anak-anak imun dapat mentoleransi densitas parasit tinggi (20-30 %) sering tanpa gejala.
Penderita dengan parasitemia tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi berat.
Tindakan :
1. Segera berikan kemoterapi anti malaria inisial.
2. Awasi respon pengobatan dengan memeriksa ulang parasitemianya.
3. Indikasi transfusi tukar (Exchange Blood Transfusion/EBT) adalah :
? Parasitemia > 30 % tanpa komplikasi berat
? Parasitemia > 10 % disertai komplikasi berat lainnya seperti : serebral malaria, ARF, ARDS, jaundice dan anemia berat.
? Parasitemia > 10 % dengan gagal pengobatan setelah 12-24 jam pemberian kemoterapi anti malaria yang optimal.
? Parasitemia > 10 % disertai prognosis buruk (misal : lanjut usia, adanya late stage parasites/skizon pada darah perifer)
4. Pastikan darah transfusi bebas infeksi (malaria, HIV, Hepatitis)
V. PENGOBATAN PENCEGAHAN (KEMOPROFILAKSIS)
Obat yang dipakai untuk tujuan ini pada umumnya bekerja terutama pada tingkat eritrositer, hanya sedikit yang berefek pada tingkat eksoeritrositer (hati). Obat harus digunakan terus-menerus mulai minimal 1 ? 2 minggu sebelum berangkat sampai 4 ? 6 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria.
OAM yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah :
Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Efek samping : gangguan GI Tract seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan meminum obat sesudah makan.
Pencegahan pada anak :
OAM yang paling aman untuk anak kecil adalah klorokuin. Dosis : 5 mg/KgBB/minggu. Dalam bentuk sediaan tablet rasanya pahit sehingga sebaiknya dicampur dengan makanan atau minuman, dapat juga dipilih yang berbentuk suspensi.
Untuk mencegah gigitan nyamuk sebaiknya memakai kelambu pada waktu tidur.
Obat pengusir nyamuk bentuk repellant yang mengandung DEET sebaiknya tidak digunakan untuk anak berumur < 2 tahun.
Pencegahan perorangan
Dipakai oleh masing-masing individu yang memerlukan pencegahan terhadap penyakit malaria. Obat yang dipakai : Klorokuin.
Cara pengobatannya :
- Bagi pendatang sementara :
Klorokuin diminum 1 minggu sebelum tiba di daerah malaria, selama berada di daerah malaria dan dilanjutkan selama 4 minggu setelah meninggalkan daerah malaria.
- Bagi penduduk setempat dan pendatang yang akan menetap :
Pemakaian klorokuin seminggu sekali sampai lebih dari 6 tahun dapat dilakukan tanpa efek samping. Bila transmisi di daerah tersebut hebat sekali atau selama musim penularan, obat diminum 2 kali seminggu. Penggunaan 2 kali seminggu dianjurkan hanya untuk 3 ? 6 bulan saja.
Dosis pengobatan pencegahan : Klorokuin 5 mg/KgBB atau 2 tablet untuk dewasa.
Lihat tabel berikut :
Golongan umur (tahun) Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal)
( frekuensi 1 x seminggu )
0 ? 1 ¼
1 ? 4 ½
5 ? 9 1
10 ? 14 1 ½
> 15 2
Pencegahan kelompok
Ditujukan pada sekelompok penduduk, khususnya pendatang non-imun yang sedang berada di daerah endemis malaria. Pencegahan kelompok memerlukan pengawasan yang lebih baik. Obat diberikan melalui unit pelayanan kesehatan, pos-pos pengobatan malaria yang dibentuk sendiri oleh penduduk di wilayah tersebut, atau melalui pos obat desa (POD) yang di dalmnya menyediakan obat-obatan lain selain obat anti malaria.
Dosis dan cara pengobatan sama seperti pengobatan pencegahan perorangan.
VI. PROGNOSIS
1. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
3. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ
? Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %
? Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %
? Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu:
? Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
? Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
? Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50 %
VI. RUJUKAN PENDERITA
Semua penderita malaria berat dirujuk / ditangani RS Kabupaten.
Apabila penderita tidak bersedia dirujuk dapat dirawat di puskesmas rawat inap dengan
konsultasi kepada dokter RS Kabupaten.
Bila perlu RS kabupaten dapat pula merujuk kepada RS Propinsi.
Cara merujuk :
1) Setiap merujuk penderita harus disertakan surat rujukan yang berisi tentang diagnosa, riwayat penyakit, pemeriksaan yang telah dilakukan dan tindakan yang sudah diberikan.
2) Apabila dibuat preparat SD malaria, harus diikutsertakan.
Kriteria penderita malaria yang dirawat inap :
Bila salah satu atau lebih dari gejala dibawah ini :
1. Malaria dengan komplikasi
2. Malaria congenital pada bayi
3. Hiperparasitemia. (Parasitemia > 5 %)
Dalam mengharungi kehidupan ini, manusia perlu berhadapan dengan pelbagai penyakit. Salah satu darinya ialah malaria yang merupakan penyakit yang menakutkan. Istilah malaria ini diperkenalkan oleh Dr. Francisco Torti pada abad ke-17. Dalam perkataan Itali malaria bermaksud udara kotor.
Penyakit malaria ini kerap menjangkiti penduduk di kawasan tropika. Kajian menunjukkan bahawa di akhir abad ke 20 seramai 250 juta manusia dijangkiti malaria. Daripada jumlah tersebut 2 juta penduduk menemui maut. Antara tempat yang dijangkiti secara konstan ialah di Sahara Afrika. Penyakit ini juga ditemui di Malaysia, Singapura, China dan lain-lain negara di Asia.
Dalam pada itu pelbagai ubat telah dicari untuk mengubati penyakit malaria ini. Salah satu darinya ialah melalui pengekstrakan tumbuhan yang berkhasiat tinggi. Adalah dipercayai bahawa sesetengah tumbuhan dapat mengubat penyakit malaria ini. Pada pertengahan tahun 1940 pembasmian penyakit malaria mula dipraktikan kerana penghasilan antimalaria yang berkesan seperti klorokuin dan pamakuin. Namun begitu penggunaan racun serangga yang murah iaitu DDT telah gagal untuk membunuh nyamuk Anopheles yang kian membiak ketika itu.
Dalam tahun 1986, dianggarkan bahawa 400 juta penduduk tinggal di negara yang terdapat jangkitan malaria. Seterusnya seramai 1600 juta penduduk pula akan terdedah kepada penyakit ini. Oleh itu sehingga hari ini penyakit malaria masih lagi kekal sebagai satu penyakit yang merbahaya kepada seluruh penduduk dunia terutamanya yang tinggal di kawasan tropika panas.
Cara Malaria Berjangkit
Seperti yang diketahui malaria wujud di kawasan temperat, subtropika dan tropika. Walau bagaimanapun malaria lebih biasa wujud di kawasan tropika kerana cuacanya yang baik dan panas.
Menurut seorang pakar bedah malaria wujud disebabkan oleh parasit mikroskopik dalam darah iaitu protozoa. Protozoa ialah organisma yang mempunyai satu sel yang merupakan genus plasmodium.
Walau bagaimanapun menurut Ronald Ross iaitu doktor perubatan Britain menemui satu lagi peringkat dalam kitar hidup parasit ini iaitu melalui nyamuk Anopheles. Oleh itu malaria dipercayai dipindahkan ke dalam badan manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles. Di samping itu malaria juga boleh berjangkit melalui jarum suntikan iaitu apabila jarum tersebut digunakan oleh pesakit malaria dan digunakan kepada pesakit lain. Dengan ini penyakit malaria akan tersebar kepada orang tersebut. Pemindahan darah juga boleh menjangkitkan malaria. Apabila darah dipindahkan dari pesakit malaria kepada orang lain, secara langsung penyakit ini juga turut dipindahkan.
Kitar Hidup Parasit Malaria
Seperti benda hidup yang lain parasit malaria juga mempunyai kitar hidupnya sendiri. Kitar hidup parasit malaria boleh dibahagikan kepada dua peringkat iaitu seksual dalam nyamuk dan aseksual dalam manusia. Seksual dalam nyamuk berlaku melalui percantuman gamet. Aseksual dalam manusia pula ialah pembahagian atau perkembangan parasit tersebut.
Dalam diri manusia peringkat permulaannya dikenali sebagai sporozoit. Sporozoit adalah keadaan dimana ia bergerak bebas dalam diri manusia. Peringkat seterusnya ialah merozoit. Dalam keadaan ini merozoit masuk ke dalam sel darah merah dan membahagi ke bentuk yang lebih kecil. Selepas itu sel yang mempunyai merozit akan pecah dan membebaskan lebih banyak merozoit lagi. Dalam keadaan ini sejenis toksin akan dibebaskan. Proses ini akan berulang lagi di mana merozoit kemudian menyerang sel merah yang lain.
Dalam nyamuk pula merozoit akan bertukar menjdi gametosit yang kemudiannya bersatu dengan gametosit lain untuk membentuk zigot. Zigot ini pula seterusnya akan berkembang menjadi sporozoit. Sporozoit yang terhasil ini pula berhijrah ke kelenjar air liur nyamuk.
Tanda-tanda Awal Penyakit Malaria
Seseorang yang menghidap penyakit malaria akan mendapat demam sejuk panas. Serangan penyakit ini akan berlanjutan antara 4-10 jam. Mereka akan menggigil kesejukan kerana demam. Mata mereka pula sentiasa berair dan merah. Selain itu mereka akan mengalami muntah-muntah. Kebanyakannya mengalami gangguan tidur iaitu tidak dapat tidur dengan lena. Badan mereka juga akan merasa begitu sakit dan menjadi lemah.
Kesan Penyakit Malaria
Walaupun malaria adalah satu penyakit yang merbahaya namun jumlah orang yang mati akibatnya adalah 1% sahaja. Bagi pesakit yang selamat atau pulih dari penyakit ini akan mendapat kesan sampingan. Bagi mereka yang mendapat penyakit ini kembali akan mengidap penyakit anemia iaitu kekurangan darah merah dalam badan mereka. Di samping itu jika mereka membuat sesuatu kerja mereka akan cepat berasa letih. Kesan yang lain pula ialah mereka akan mengalami kemandulan dan keguguran bagi wanita.
Rawatan Malaria Melalui Tumbuhan
Adalah dipercayai bahawa penyakit malaria dapat diubati dengan penggunaan tumbuhan. Salah satu daripadanya ialah Kuinin atau Cinchona Officinalls L.
Pokok kuinin ini mempunyai sejarahnya tersendiri. Pada masa dahulu ia dimonopoli oleh pihak kristian. Mereka telah menghantar ekspedisi ke Gunung Andes untuk mendapatkan pokok ini. Selepas itu kerajaan Sepanyol telah memonopoli. Monopoli ke atas pokok kuinin ini hanya dapat dipecahkan pada tahun 1865. Walau bagaimanapun Sepanyol tidak membenarkan ia ditanam di tempat lain. Akan tetapi ianya telah diseludup oleh orang Inggeris.
Seterusnya orang Belanda telah mengambil alih monopoli tersebut. Charles Ledger telah menyeludupnya dari Inggeris dan dibawa ke London. Pokok kuinin ditanam di Jawa. Pada 1873 perladangan kuinin berjaya diwujudkan dan akhirnya Belanda memonopoli penjualan kuinin pada tahun 1890.
Terdapat 40 species pokok kuinin dalam famili Rubiaceae - Cinchona Officinalis L. merupakan salah satu darinya yang dapat menyembuhkan penyakit malaria. Bahagian yang digunakan untuk merawat malaria ialah kulit kayu pokok kuinin. Pokok kuinin banyak terdapat di Pergunungan Andes. Nama lain bagi pokok ini ialah Peruvian Bark, Fever Tree, Jesuit’s Bark yang selalu digunakan oleh masyarakat Anden di Amerika Selatan.
Pokok kuinin ini boleh ditemui di kawasan hujan tropika. Ia dipercayai hidup pada ketinggian 1000 hingga 8000 meter. Untuk membuat ubat darinya ia perlu ditulenkan supaya menjadi serbuk hablur putih. Serbuk ini diperoleh dari kulit kayu pokok kuinin. Ia merupakan 7% dari berat kulit kayu tersebut. Selepas ditulenkan, serbuk tersebut mestilah dicampur dengan air dan diminum. Campuran tersebut akan berasa pahit. Adalah dipercayai bahawa masyarakat di kawasan ini selalu mengamalkan cara ini. Oleh itu mereka dapat terselamat dari jangkitan penyakit malaria. Serbuk hablur putih ini mempunyai alkaloid kuinin. Walau bagaimanapun ia tidak dapat mengubat malaria sepenuhnya. Akan tetapi ia hanya dapat membunuh parasit dalam sel darah merah. Sekiranya ia digunakan secara berterusan ia akan memberi kesan sampingan. Antaranya ialah orang tersebut akan menjadi buta dan pekak. Di samping itu mereka akan mendapat ruam kulit dan mengalami sakit perut.
Bagi mengatasi penyakit ini, antimalaria sintetik telah dihasilkan. Ia cuba ditanam di negara Asia seperti di India dan Sri Lanka. Akan tetapi ia menemui kegagalan. Kemudian kerajaan Amerika Syarikat pula mempelopori kuinin sintetik. Akhirnya Atabrin dihasilkan di mana ia juga tidak berkesan kerana kulit menjadi kuning apabila digunakan.
Pada pertengahan tahun 1940 antimalaria sintetik yang bekesan berjaya dihasilkan. Antaranya ialah pemakuin dan klorokuin. Namun begitu penggunaan antimalaria sintetik juga mempunyai beberapa kelemahan. Salah satunya ialah ia sangat mahal. Ini kerana penghasilannya memerlukan belanja yang besar. Selain itu ia adalah parasit lali. Ini bermakna ia akan memberi kelalaian kepada pesakit iaitu perlu menambah dos setiap kali serangan berlaku. Contohnya, pada kali pertama satu dos disuntik manakala pada kali keduanya ditambah pula 3 lagi dos.
Selain itu terdapat juga tumbuhan lain yang dipercayai dapat mengubat malaria. Contohnya ialah Brucea javanica L. yang merupakan alkaloid ataupun anti malaria. Simba cedron dari Panama dan Ailanthus altissima diperkenalkan di United Kingdom dari India telah diekstrak dengan petroleum cair, kloroform dan metanol. Pelbagai kajian telah dijalankan untuk mengubat penyakit malaria ini.
Di samping itu species dari famili Rutaceae dan Meliaceae yang berhubung rapat dengan Simaroubaceae turut digunakan dalam mengubat penyakit malaria. Azadirachta indica turut digunakan sebagai ubat malaria di Afrika dan di Asia.
Bibliografi
Medicinal and poiconous plants of tropics. Botanical Congress, Berlin, 24 Julai - 1 Ogos 1987.
Shellard, E.J. (1979). The Significance of research into medicinal plants. University of IFE Press, Nigeria, 98-111.
Nota Kuliah, Dr. Ahmad Ismail, Tumbuhan, Manusian dan Kehidupan, 1998.
Hakim Mohamad Said. Medicine in China. 1965.
Kuman penyebab.
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel darah merah.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Anopheles.
Manifestasi penyakit
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan.
Setelah masa tunas, orang yang tertular akan mengalami demam tinggi dan menggigil selama beberapa jam, disertai pengeluaran keringat yang banyak, pusing, mual, kemudian diikuti dengan masa bebas gejala, dimana penderita merasa sehat seperti sediakala, namun setelah beberapa hari gejala-gejala seperti di atas akan berulang kembali, demikian seterusnya berulang-ulang.
Penghancuran sel-sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi anemis, hati dan limpa membesar, sumbatan-sumbatan pada pembuluh kapiler darah dapat menyebabkan kerusakan pada organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan suplai darah, seperti otak dan sebagainya.
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
• Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, demam muncul setiap hari ketiga.
• Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, demam setiap hari keempat.
• Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, demam tidak teratur, disertai gejala terkenanya otak, koma dan kematian yang mendadak.
• Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.
Diagnosa.
Gejala klinis yang khas dipastikan dengan ditemukannya organisme penyebab di dalam sel-sel darah merah penderita pada pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan.
Tergantung sensitifitas dan jenis penyebabnya, dapat dipilih obat antimalaria yang paling tepat untuk setiap kasus.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian antipiretika
Pencegahan.
Pencegahan dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau pemberian khlorokuin bila mengunjungi daerah endemik malaria.
Penyakit Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan Afrika.
Ada empat type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi manusia, namun yang seringkali ditemui pada kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax. Lainnya adalah Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae.
• Tanda dan Gejala Penyakit malaria
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati serta limpa membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin (Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.
Namun demikian, tanda yang klasik ditampakkan adalah adanya perasaan tiba-tiba kedinginan yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak berkeringat setelah 4 sampai 6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap dua hari. Diantara masa tersebut, mungkin penderita merasa sehat seperti sediakala. Pada usia anak-anak serangan malaria dapat menimbulkan gejala aneh, misalnya menunjukkan gerakan / postur tubuh yang abnormal sebagai akibat tekanan rongga otak. Bahkan lebih serius lagi dapat menyebabkan kerusakan otak.
• Penggolongan Manifestasi Penyakit Malaria
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
- Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga.
- Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari keempat.
- Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, penderita mengalami demam tidak teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan kematian yang mendadak.
- Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria yang berat.
• Menegakkan Diagnosa Penyakit Malaria
Dengan adanya tanda dan gejala yang dikeluhkan serta tampak oleh Tim kesehatan, maka akan segera dilakukan pemeriksaan laboratorium (khususnya pemeriksaan darah) untuk memastikan penyebabnya dan diagnosa yang akan diberikan kepada penderita.
• Pengobatan Penyakit Malaria
Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang timbul maupun lebih berfokus pada hasil laboratium maka dokter akan memberikan beberapa obat-obatan kepada penderita. Diantaranya adalah pemberian obat untuk menurunkan demam seperti paracetamol, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebagai upaya membantu kesembuhan.
Sedangkan obat antimalaria biasanya yang dipakai adalah Chloroquine, karena harganya yang murah dan sampai saat ini terbukti efektif sebagai penyembuhan penyakit malaria di dunia. Namun ada beberapa penderita yang resisten dengan pemberian Chloroquine, maka beberapa dokter akan memberikan antimalaria lainnya seperti Artesunate-Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-amodiaquine, Artesunat-piperquine, Artemether-lumefantrine, dan Dihidroartemisinin-piperquine.
• Pencegahan Penyakit Malaria
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian obat Chloroquine bila mengunjungi daerah endemik malaria.
MALARIA
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan. Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.
Dengan munculnya program pengendalian yang didasarkan pada penggunaan residu insektisida, penyebaran penyakit malaria telah dapat diatasi dengan cepat. Sejak tahun 1950, malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh Benua Eropa dan di daerah seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah besar di beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal. Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta daerah yang terlalu padat, membantu memudahkan penyebaran penyakit tersebut. Pembukaan lahan-lahan baru serta perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara nyamuk dengan manusia yang bermukim didaerah tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-gejala ini muncul kembali secara periodik. Jenis malaria paling ringan adalah malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu setelah infeksi).
Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan koma, mengigau, serta kematian. Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari. Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah merah sejalan dengan perkembangan mereka, sehingga menyebabkan demam.
Penanganan
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride ) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya lebih rendah. Sejak akhir perang dunia kedua, klorokuin dianggap lebih mampu menangkal dan menyembuhkan demam rimba secara total, juga lebih efektif dalam menekan jenis-jenis malaria dibandingkan dengan Atabrine atau quinine. Obat tersebut juga mengandung kadar racun paling rendah daripada obat-obatan lain yang terdahulu dan terbukti efektif tanpa perlu digunakan secara terus menerus.
Namun baru-baru ini strain Plasmodium falciparum, organisme yang menyebabkan malaria tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap klorokuin serta obat anti malaria sintetik lain. Strain jenis ini ditemukan terutama di Vietnam, dan juga di semenanjung Malaysia, Afrika dan Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain plasmodium falciparum. Seiring dengan munculnya strain parasit yang kebal terhadap obat-obatan tersebut, fakta bahwa beberapa jenis nyamuk pembawa (anopheles) telah memiliki daya tahan terhadap insektisida seperti DDT telah mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit malaria di beberapa negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit malaria juga mengalami peningkatan pada para turis dari Amerika dan Eropa Barat yang datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga diantara pengungsi-pengungsi dari daerah tersebut. Para turis yang datang ke tempat yang dijangkiti oleh penyakit malaria yang tengah menyebar, dapat diberikan obat anti malaria seperti profilaksis (obat pencegah).
Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa minggu setelah kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif terhadap strain malaria yang kebal terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Namun obat tersebut saat ini tengah diselidiki apakah dapat menimbulkan efek samping yang merugikan. Suatu kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di daerah-daerah yang terjangkit malaria yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara Proguanil digunakan hanya sebagai pencegahan.
Saat ini para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria. Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat kini tengah diuji coba klinis guna keamanan dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan, sementara ahli lainnya tengah berupaya untuk menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan tengah dilakukan untuk menemukan sejumlah obat dengan bahan dasar artemisin, yang digunakan oleh ahli obat-obatan Cina untuk menyembuhkan demam. Bahan tersebut terbukti efektif terhadap Plasmodium falciparum namun masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus Plasmodium bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria ( anopeles ) betina ( WHO 1981 ) ditandai dengan deman, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan Malaria adalah Plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.Parasit malaria yang terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran keduanya, sedangkan palsmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian Jaya dan negara Timor Leste. Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang mengandung parasit malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9 ? 40 hari ( WHO 1997 )
Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk Anopheles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati ( ekso-eritrositer ). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit / kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer ), mulai bentuk tropozoit muda sampai sison tua / matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merosoit. Merosoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium sporogoni). Pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sporozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia. Khusus P. Vivax dan P. Ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati disebut Hipnosoit (lihat bagan siklus), bentuk hipnosoit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya 1 ? 2 tahun yang sebelumnya pernah menderita P. Vivax/Ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia pindah ke daerah bebas malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami kelelahan/stres, maka gejala malaria muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif P. Vivax/Ovale.
Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan kerusakan seperti pada otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat/komplikasi, sedangkan P. Vivax, P. Ovale dan P. Malariae tidak merusak organ tersebut. P. falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua di dalam otak, peristiwa ini yang disebut sekuestrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20 ? 50 %, hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak sebagian kecil dapat terjadi sekuele. Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 % jumlah penduduk.
PENATALAKSANAAN MALARIA BERAT
Selalu lakukan pemeriksaan secara legaartis, yang tdd :
Anamnesis secara lengkap (allo dan/ auto anamnesis bila memungkinkan)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium : parasitologi, darah tepi lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal dan lain-lain untuk mendukung/menyingkirkan diagnosis/komplikasi lain, misal :: punksi lumbal, foto thoraks, dan lain-lain.
Penatalaksanaan malaria berat secara garis besar mempunyai 3 komponen penting yaitu :
Terapi spesifik dengan kemoterapi anti malaria.
Terapi supportif (termasuk perawatan umum dan pengobatan simptomatik)
Pengobatan terhadap komplikasi
Pada setiap penderita malaria berat, maka tindakan yang dilakukan di puskesmas sebelum dirujuk adalah :
A. Tindakan umum
B. Pengobatan simptomatik
C. Pemberian anti malaria pra rujukan : dosis I Kinin antipirin 10 mg/KgBB IM (dosis tunggal)
A. Tindakan umum ( di tingkat Puskesmas ) :
Persiapkan penderita malaria berat untuk dirujuk ke rumah sakit/fasilitas pelayanan yang lebih tinggi, dengan cara :
Jaga jalan nafas dan mulut untuk menghindari terjadinya asfiksia, bila diperlukan beri oksigen (O2)
Perbaiki keadaan umum penderita (beri cairan dan perawatan umum)
Monitoring tanda-tanda vital antara lain : keadaan umum, kesadaran, pernafasan, tekanan darah, suhu, dan nadi setiap 30 menit (selalu dicatat untuk mengetahui perkembangannya)
Untuk konfirmasi diagnosis, lakukan pemeriksaan SD tebal. Penilaian sesuai kriteria diagnostik mikroskopik.
Bila hipotensi, tidurkan dalam posisi Trendenlenburg dan diawasi terus tensi, warna kulit dan suhu, laporkan ke dokter segera.
Kasus dirujuk ke rumah sakit bila kondisi memburuk
Buat / isi status penderita yang berisi catatan mengenai : identitas penderita, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium (bila tersedia), diagnosis kerja, diagnosis banding, tindakan & pengobatan yang telah diberikan, rencana tindakan/pengobatan, dan lain-lain yang dianggap perlu (misal : bila keluarga penderita menolak untuk dirujuk maka harus menandatangani surat pernyataan yang disediakan untuk itu). Catatan vital sign disatukan kedalam status penderita.
B. Pengobatan simptomatik :
Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia : parasetamol 15 mg/KgBB/x, beri setiap 4 jam dan lakukan juga kompres hangat.
Bila kejang, beri antikonvulsan : Dewasa : Diazepam 5-10 mg IV (secara perlahan jangan lebih dari 5 mg/menit) ulang 15 menit kemudian bila masih kejang. Jangan diberikan lebih dari 100 mg/24 jam.
Bila tidak tersedia Diazepam, sebagai alternatif dapat dipakai Phenobarbital 100 mg IM/x
(dewasa) diberikan 2 x sehari.
C. Pemberian obat anti malaria spesifik :
Kina intra vena (injeksi) masih merupakan obat pilihan (drug of choice) untuk malaria berat. Kemasan garam Kina HCL 25 % injeksi, 1 ampul berisi 500 mg / 2 ml.
Pemberian anti malaria pra rujukan (di puskesmas) : apabila tidak memungkinkan pemberian kina perdrip maka dapat diberikan dosis I Kinin antipirin 10 mg/KgBB IM (dosis tunggal).
Cara pemberian :
Kina HCL 25 % (perdrip), dosis 10mg/Kg BB atau 1 ampul (isi 2 ml = 500 mg) dilarutkan dalam 500 ml dextrose 5 % atau dextrose in saline diberikan selama 8 jam dengan kecepatan konstan 2 ml/menit, diulang dengan cairan yang sama setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Bila penderita sudah dapat minum, Kina IV diganti dengan Kina tablet / per oral dengan dosis 10 mg/Kg BB/ x dosis, pemberian 3 x sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian infus perdrip yang pertama).
Catatan :
Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena dapat menyebabkan kadar dalam plasma sangat tinggi dengan akibat toksisitas pada jantung dan kematian.
Bila karena berbagai alasan Kina tidak dapat diberikan melalui infus, maka dapat diberikan IM dengan dosis yang sama pada paha bagian depan masing-masing 1/2 dosis pada setiap paha (jangan diberikan pada bokong). Bila memungkinkan untuk pemakaian IM, kina diencerkan dengan normal saline untuk mendapatkan konsentrasi 60-100 mg/ml
Apabila tidak ada perbaikan klinis setelah pemberian 48 jam kina parenteral, maka dosis maintenans kina diturunkan 1/3 - 1/2 nya dan lakukan pemeriksaan parasitologi serta evaluasi klinik harus dilakukan.
Total dosis kina yang diperlukan :
Hari 0 : 30 mg/Kg BB
Hari I : 30 mg/Kg BB
Hari II dan berikutnya : 15-20 mg/Kg BB.
Dosis maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
Hindari sikap badan tegak pada pasien akut selama terapi kina untuk menghindari hipotensi postural berat.
Bila tidak memungkinkan dirujuk, maka penanganannya : lanjutkan penatalaksanaan sesuai protap umum Rumah Sakit (seperti telah diuraikan diatas), yaitu :
Pengobatan spesifik dengan obat anti malaria.
Pengobatan supportif/penunjang (termasuk perawatan umum dan pengobatan simptomatik)
Ditambah pengobatan terhadap komplikasi.
PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI
1. Malaria cerebral
Didefinisikan sebagai unrousable coma pada malaria falsiparum, suatu perubahan sensorium yaitu manifestasi abnormal behaviour/kelakuan abnormal pada seorang penderita dari mulai yang paling ringan sampai koma yang dalam. Terbanyak bentuk yang berat.
Diantaranya berbagai tingkatan penurunan kesadaran berupa delirium, mengantuk, stupor, dan ketidak sadaran dengan respon motorik terhadap rangsang sakit yang dapat diobservasi/dinilai. Onset koma dapat bertahap setelah stadium inisial konfusi atau mendadak setelah serangan pertama. Tetapi ketidak sadaran post iktal jarang menetap setelah lebih dari 30-60 menit. Bila penyebab ketidaksadaran masih ragu-ragu, maka penyebab ensefalopahty lain yang lazim ditempat itu, seperti meningoensefalitis viral atau bakterial harus disingkirkan.
Manifestasi neurologis ( 1 atau beberapa manifestasi ) berikut ini bisa ada :
Ensefalopathy difus simetris.
Kejang umum atau fokal.
Tonus otot dapat meningkat atau turun.
Refleks tendon bervariasi.
Terdapat plantar fleksi atau plantar ekstensi.
Rahang mengatup rapat dan gigi kretekan (seperti mengasah).
Mulut mencebil (pouting) atau timbul refleks mencebil bila sisi mulut dipukul.
Motorik abnormal seperti deserebrasi rigidity dan dekortikasi rigidity.
Tanda-tanda neurologis fokal kadang-kadang ada.
Manifestasi okular : pandangan divergen (dysconjugate gaze) dan konvergensi spasme sering terjadi. Perdarahan sub konjunctive dan retina serta papil udem kadang terlihat.
Kekakuan leher ringan kadang ada. Tetapi tanda Frank (Frank sign) meningitis, Kernigs (+) dan photofobia jarang ada. Untuk itu adanya meningitis harus disingkirkan dengan pemeriksaan punksi lumbal (LP).
Cairan serebrospinal (LCS) jernih, dengan < 10 lekosit/ml, protein sering naik ringan.
Di derah endemik malaria, semua kasus demam dengan perubahan sensorium harus diobati sebagai serebral malaria, sementara menyingkirkan meningoensefalitis yang biasa terjadi di tempat itu.
Prinsip penatalaksanaan :
Penatalaksanaan malaria serebral pada umumnya sama seperti pada malaria berat. Disamping pemberian obat anti malaria spesifik, beberapa hal penting perlu diperhatikan :
Perawatan pasien tidak sadar.
Pengobatan simptomatik : pengobatan hiperpireksia dan pengobatan yang cepat bila ada kejang. Cara pemberian anti piretik dan antikonvulsan seperti sudah dijelaskan diatas.
Deteksi dini & pengobatan komplikasi berat lainnya.
Hati-hati terhadap terjadinya infeksi bakteri terutama pada pasien-pasien dengan pemasangan IV-line, intubasi endotracheal atau kateter saluran kemih. Hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia.
Perawatan pasien tidak sadar meliputi :
Buat grafik suhu, nadi dan pernafasan secara akurat.
Pasang IVFD. Untuk mencegah terjadinya trombophlebitis dan infeksi yang sering terjadi melalui IV-line maka IV-line sebaiknya diganti setiap 2-3 hari.
Pasang kateter urethra dengan drainase/ kantong tertutup. Pemasangan kateter dengan memperhatikan kaidah a/antisepsis.
Pasang nasogastric tube (maag slang) dan sedot isi lambung untuk mencegah aspirasi pneumonia.
Mata dilindungi dengan pelindung mata untuk menghindari ulkus kornea yang dapat terjadi karena tidak adanya refleks mengedip pada pasien tidak sadar.
Menjaga kebersihan mulut untuk mencegah infeksi kelenjar parotis karena kebersihan rongga mulut yang rendah pada pasien tidak sadar.
Ubah/balik posisi lateral secara teratur untuk mencegah luka dekubitus dan hypostatic pneumonia.
Hal-hal yang perlu dimonitor :
Tensi, nadi, suhu dan pernafasan setiap 30 menit.
Pemeriksaan derajat kesadaran dengan modifikasi Glasgow coma scale (GCS) setiap 6 jam.
Hitung parasit setiap 12-24 jam.
Hb & Ht setiap hari.
Gula darah setiap 4 jam.
Parameter lain sesuai indikasi ( misal : ureum, creatinin & kalium darah pada komplikasi gagal ginjal ).
Pemeriksaan derajat kesadaran (modifikasi Glasgow coma score)
Obat-obat berikut dahulu pernah dipakai untuk pengobatan malaria serebral tetapi menurut WHO sekarang tidak boleh dipakai karena berbahaya, yaitu :
? Dexamethason dan Kotikosteroid lainnya
? Obat anti inflamasi yang lain
? Anti udem serebral (urea, manitol)
? Dextran berat molekul rendah
? Epinephrine (adrenalin)
? Heparin.
Penatalaksanaan pasien koma
Selalu memakai prinsip ABC ( A=Airway, B=Breathing, C=Circulation) + D=Drug [defibrilasi].
Airway ( jalan nafas ) :
Jaga jalan nafas agar selalu bersih/tanpa hambatan, dengan cara :
Bersihkan jalan nafas dari saliva, muntahan, dll
Pasien posisi lateral
Tempat tidur datar/tanpa bantal.
Mencegah aspirasi cairan lambung masuk ke saluran pernafasan, dengan jalan : posisi lateral dan pemasangan NGT untuk menyedot isi lambung.
Breathing (pernafasan) :
Bila takipnoe, pernafasan asidosis : berikan penunjang ventilasi , misal : O2, dan rujuk ke ICU.
Circulation (kardiovaskular) :
Periksa dan catat : Nadi, tensi, JVP, CVP (bila memungkinkan), turgor kulit, dll.
Jaga keseimbangan cairan : lakukan monitoring balans cairan dengan mencatat intake dan output cairan secara akurat.
Pemasangan kateter urethra dengan drainage/bag tertutup untuk mengukur volume urin. Bila fungsi ginjal baik, adanya dehidrasi atau overhidrasi dapat juga diketahui dari volume urin. Normal volume urin : 1 ml/menit [1 ml/kg BB/jam]. Bila volume urin < 30 ml/jam, mungkin terjadi dehidrasi (periksa juga tanda-tanda lain dehirasi), maka tambahkan intake cairan melalui IV-line. Bila volume urin > 90 ml/jam, kurangi intake cairan untuk mencegah overload yang mengakibatkan udem paru.
2. Anemia berat ( Hb < 5 gr % )
Bila Ht < 15 % atau Hb < 5 g %, tindakan :
Berikan transfusi darah 10 ? 20 ml/kgBB [rumus: tiap 4 ml/kg BB darah akan menaikkan Hb 1 g%] paling baik darah segar atau PRC, dengan memonitor kemungkinan terjadinya overload karena pemberian transfusi darah dapat memperberat kerja jantung. Untuk mencegah overload, dapat diberikan furosemide 20 mg IV. Pasien dengan gagal ginjal hanya diberikan PRC. Volume transfusi dimasukkan sebagai input dalam catatan balans cairan.
3. Hypoglikemia (Gula darah < 40 mg %)
Sering terjadi pada penderita malaria berat terutama anak usia < 3 tahun, ibu hamil sebelum atau sesudah pemberian terapi kina (kina menyebabkan hiperinsulinemia), maupun penderita malaria berat lain dengan terapi kina. Penyebab lain diduga karena terjadi peningkatan uptake glukosa oleh parasit malaria.
Tindakan :
a. Berikan 10 ? 100 ml Glukosa 40 % IV secara injeksi bolus (anak-anak : 1 ml/Kg BB)
b. Infus glukosa 5 % atau 10 % perlahan-lahan untuk mencegah hipoglikemia berulang.
c. Monitoring teratur kadar gula darah setiap 4-6 jam.
Bila sarana pemeriksaan gula darah tidak tersedia, pengobatan sebaiknya diberikan berdasarkan kecurigaan klinis adanya hipoglikemia.
4. Kolaps sirkulasi, syok hipovolume, hipotensi, ?Algid malaria? dan septikaemia
Sering terlihat pada pasien-pasien dengan :
Dehidrasi dengan hipovolemia (akibat muntah-muntah dan intake cairan kurang)
Pasien dengan diare dan peripheral circulatory failure (algid malaria)
Perdarahan masif GI tract
Mengikuti ruptur limpa
Dengan komplikasi septikaemia gram negative
Kolaps sirkulasi lebih lanjut berakibat komplikasi asidosis metabolik, respiratory distress dan gangguan fungsi / kerusakan jaringan.
Gejala : hipotensi dengan tekanan sistolik < 70 mm Hg pada orang dewasa dan < 50 mm Hg pada anak-anak, konstriksi vena perifer.
Gejala khas : kulit dingin, suhu 38-40 oC, mata cekung, cianosis pada bibir dan kuku, nafas cepat, nadi cepat dan dangkal, nyeri ulu hati, dapat disertai mual/muntah, diare berat.
Tindakan :
Koreksi hipovolemia dengan pemberian cairan yang tepat (NaCL 0,9 %, ringer laktat, dextrose 5 % in saline), plasma expander (darah segar, plasma, haemacell atau bila tidak tersedia dengan dextran 70) dalam waktu 1/2 - 1 jam pertama 500 ml, bila tidak ada perbaikan tensi dan tidak ada overhidrasi, beri 1000 ml, tetes diperlambat dan diulang bila dianggap perlu.
Bila memungkinkan, monitor dengan CVP ( tekanan dipelihara antara 0 s/d +5 cm)
Bila terjadi hipovolemia menetap, diberikan Dopamin dengan dosis inisial 2 ug/Kg/menit yang dilarutkan dalam dextrose 5 %. [pada hipovolemia kontra indikasi untuk pemberian inotropik karena tidak akan menaikkan TD malah menimbulkan takikardi yang justru akan merugikan. Bila hipovolemia sudah teratasi tapi TD belum naik, kemungkinan kontraktilitas miokard yang jelek ? diperbaiki dengan pemberian Dobutamin, bukan Dopamin, dengan dosis sampai 20 µg/kg BB/m] dosis dinaikkan secara hati-hati sampai tekanan sistolik mencapai 80-90 mm Hg.
Periksa kadar gula darah untuk menyingkirkan kemungkinan hipoglokemia.
Buat kultur darah dan resistensi test. Mulai segera pemberian antibiotik broad spektrum, misal : generasi ketiga sefalosporin bila tersedia, yang dapat dikombinasi dengan aminoglikosida bila fungsi renal sudah dipastikan baik (periksa juga ureum & kreatinin darah)
Apabila CVP tidak mungkin dilakukan, monitoring dan pencatatan balas cairan secara akurat sangat membantu agar tidak terjadi overhidrasi.
Pada Anak-anak :
Lakukan Rehidrasi (Pemberian cairan infus), larutan dektrosa 5 % atau 10 % atau NaCL 0,9 %, Dosis 1 jam pertama, 30 ml/kgBB atau 10 x kgBB per tetes/menit. Misalnya : anak dengan BB 10 kg = 10 x 10 tetes/menit, dilanjutkan 20 ml/kgBB (23Jam sisa), atau 7 tetes x kgBB/menit, dilanjutkan pemberian maintenace 10 ml/kgBB/hari atau 3 tetes/kgBB/menit
Awasi nadi, tensi dan pernafasan setiap 30 menit.
5. Gagal ginjal akut (acute renal failure / ARF )
Terjadi sebagai akibat hipovolemia atau ischemik sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi ginjal yang menurunkan filtrasi glomerulus. Paling sering terjadi gagal ginjal pre-renal akibat dehidrasi diatas (>50 %), sedangkan gagal ginjal renal akibat tubuler nekrosis akut hanya terjadi pada 5-10 % penderita. Namun ARF sering terdeteksi terlambat setelah pasien sudah mengalami overload (dekompensasi kordis) akibat rehidrasi yang berlebihan (overhidrasi) pada penderita dengan oliguria/anuria, dan karena tidak tercatatnya balans cairan secara akurat.
Pada pasien severe falciparum malaria, bila memungkinkan sebaiknya kadar serum kreatinin diperiksa 2-3 x/minggu.
Bila terjadi oliguria (volume urin < 400 ml/24 jam atau < 20 ml/jam pada dewasa atau < 0,5 ml/Kg BB/jam pada anak-anak setelah diobservasi/diukur selama 4-6 jam) disertai tanda klinik dehidrasi maka berikan cairan untuk rehidrasi dengan terus berhati-hati/ mengawasi apakah ada tanda-tanda overload.
Untuk itu awasi semua tanda-tanda vital, monitoring balans cairan, pemeriksaan auskultasi paru, jugular venous pressure (JVP) dan central venous pressure (CVP) bila tersedia dan observasi volume urin.
Bila terjadi anuria. Berikan diuretik : Furosemid inisial 40 mg IV, observasi urin output. Bila tidak ada respon, dosis furosemid ditingkatkan progresif sampai maksimum 200 mg [dosis furosemid: 10-30 mg/jam] dengan interval 30 menit. Bila masih tidak respon (urin output ( - ) atau < 120 ml/2jam) periksa kadar ureum & kreatinin serum karena mungkin telah terjadi ARF.
Persiapkan penderita untuk dialisis atau rujuk ke RS dengan fasilitas dialisis bila terjadi ARF. ARF biasanya reversibel apabila ditanggulangi secara cepat dan tepat.
ARF yang disertai tanda-tanda overload (dekompensasi jantung) sangat berbahaya bila tidak ditanggulangi secara cepat.
Tanda-tanda overload dari ringan sampai berat berupa : batuk-batuk, tensi meningkat/sedikit meningkat, nadi cepat, auskultasi paru ada ronki basah di basal bilateral paru, auskultasi jantung mungkin terdengar bunyi jantung tambahan (bunyi ke 3) dan JVP meningkat, serta pasien terlihat agak sesak sampai sesak nafas berat.
Bila ada tanda-tanda overload, segera hentikan pemberian cairan.
Rencanakan dialisis dengan ultrafiltrasi atau peritoneal dialisis, atau rujuk ke RS dengan fasilitas dialisis.
Periksa juga kadar elektrolit darah dan EKG bila tersedia untuk mencari terjadinya hiperkalemia, asidosis metabolik serta gangguan keseimbangan asam-basa.
Catatan :
Normal kadar ureum darah : 20 - 40 mg/dl, kreatinin N : 0,8 ? 1,1 mg/dl.
Indikasi dialisis :
Klinik :
Tanda-tanda uremik
Tanda-tanda volume overload
Pericardial friction rub
Pernafasan asidosis setelah rehidrasi
Indikasi laboratorium :
Hiperkalemia (K > 6,5 mEq/L, hiperkalemia dapat juga didiagnosis melalui EKG)
Peningkatan ureum dengan uremic syndrome.
6. Perdarahan & gangguan pembekuan darah (coagulopathy)
Perdarahan dan koagulopathi jarang ditemukan di daerah endemis pada negara-negara tropis. Sering terjadi pada penderita yang non-imun terhadap malaria. Biasanya terjadi akibat trombositopenia berat ditandai manifestasi perdarahan pada kulit berupa petekie, purpura, hematom atau perdarahan pada hidung, gusi dan saluran pencernaan.
Gangguan koagulasi intra vaskuler jarang terjadi.
Tindakan :
Beri vitamin K injeksi dengan dosis 10 mg intravena bila protrombin time atau partial tromboplastin time memanjang.
Periksa Hb : bila < 5 gr% direncanakan transfusi darah, 10 ? 20 ml /kgBB
Hindarkan pemberian korttikosteroid untuk trombositopenia.
Perbaiki keadaan gizi penderita.
7. Edema paru
Edem paru sering timbul belakangan dibanding komplikasi akut lainnya.
Edema paru terjadi akibat :
ARDS (Adult respiratory distress syndrome) [tanda-tanda ARDS: timbul akut, ada gambaran bercak putih pada foto toraks di kedua paru, rasio PaO2:FiO2 < 200, tidak ada gejala gagal jantung kiri]
Over hidrasi akibat pemberian cairan.
ARDS terjadi secara tidak langsung karena peningkatan permeabilitas kapiler di paru.
ARDS dan overload cairan, keduanya dapat terjadi sendiri-sendiri atau bersamaan.
Bentuk klinik ARDS : - Takipnoe (nafas cepat) pada fase awal
- Pernafasan dalam
- Sputum : ada darah dan berbusa.
- X-ray : ada bayangan pada kedua sisi paru dan hipoksaemia.
Perbedaan ARDS dengan fluid overload :
ARDS Fluid overload
Balans cairan Normal Input > output
CVP Normal Meninggi
Tekanan A. Pulmonal Normal Meninggi
JVP Normal Meninggi
Tindakan :
Bila ada tanda udema paru akut penderita segera dirujuk, dan sebelumnya dilakukan tindakan sebagai berikut :
1. Akibat ARDS
a. Pemberian oksigen
b. PEEP (positive end-respiratory pressure) bila tersedia.
2. Akibat over hidrasi :
- Pembatasan pemberian cairan
- Pemberian furosemid 40 mg i.v bila perlu diulang 1 jam kemudian atau dosis ditingkatkan sampai 200 mg (maksimum) sambil memonitor urin output dan tanda-tanda vital.
- Rujuk segera bila overload tidak dapat diatasi.
- Untuk kondisi mendesak (pasien kritis) dimana pernafasan sangat sesak, dan tidak cukup waktu untuk merujuk pasien, lakukan :
? Posisi pasien ½ duduk.
? Venaseksi, keluarkan darah pasien kedalam kantong transfusi/donor sebanyak 250-500 ml akan sangat membantu mengurangi sesaknya. Apabila kondisi pasien sudah normal, darah tersebut dapat dikembalikan ketubuh pasien.
8. Jaundice ( bilirubin > 3 mg%)
Manifestasi ikterus pada malaria berat sering dijumpai di Asia dan Indonesia yang mempunyai prognosis jelek.
Tindakan :
1. Tidak ada terapi khusus untuk jaundice. Bila ditemukan hemolisis berat dan Hb sangat menurun maka beri transfusi darah.
2. Bila fasilitas tidak memadai penderita sebaiknya segera di rujuk.
9. Asidosis metabolik
Asidosis dalam malaria dihasilkan dari banyak proses yang berbeda, termasuk diantaranya : obstruksi mikrosirkulasi, disfungsi renal, peningkatan glikolisis, anemia, hipoksia, dan lain-lain. Oleh karena itu asidosis metabolik sering ditemukan bersamaan dengan komplikasi lain seperti : anemia berat, ARF, hipovolemia, udem paru dan hiperparasitemia yang ditandai dengan peningkatan respirasi (cepat dan dalam), penurunan PH dan bikarbonat darah. Penyebabnya karena hipoksia jaringan dan glikolisis anaerobik. Diagnosis dan manajemen yang terlambat akan mengakibatkan kematian.
Tindakan :
a. Lakukan pemeriksaan kadar Hb. Bila penyebabnya karena anemia berat (Hb < 5 g%), maka beri transfusi darah segar atau PRC.
b. Lakukan pemeriksaan analisa gas darah, bila pH < 7,15 lakukan koreksi dengan pemberian larutan natrium bikarbonat [hati-hati koreksi dengan bicarbonat dapat meningkatkan PaCO2] melalui IV-line (walau sebenarnya pemberian natrium bikarbonat masih kontroversial). Koreksi pH arterial harus dilakukan perlahan 1-2 jam
c. Bila sesak nafas, beri O2.
d. Bila tidak tersedia fasilitas yang memadai sebaiknya penderita segera di rujuk
10. Blackwater fever (malarial haemoglobinuria)
Pasien dengan defisiensi G-6-PD dapat terjadi hemolisis intravascular dan hemoglobinuria yang dipresipitasi oleh primakuin dan obat-obat oksidan yang dipakai sebelum terkena malaria. Hemoglobinuria dihasilkan dari masifnya hemolisis. Tidak berhubungan dengan disfungsi renal secara signifikan. Blackwater biasanya sementara dan dapat berubah tanpa komplikasi. Namun dapat juga menjadi gagal ginjal akut dalam kasus-kasus yang berat.
Tindakan :
? Berikan cairan rehidrasi, monitor CVP.
? Bila Ht < 20 %, beri transfusi darah
? Lanjutkan pemberian kemoterapi anti malaria.
? Bila berkembang menjadi ARF, rujuk ke rumah sakit dengan fasilitas hemodialisis.
11. Hiperparasitemia.
Umumnya pada penderita yang non-imun, densitas parasit > 5 % dan adanya skizontaemia sering berhubungan dengan malaria berat. Tetapi di daerah endemik tinggi, sebagian anak-anak imun dapat mentoleransi densitas parasit tinggi (20-30 %) sering tanpa gejala.
Penderita dengan parasitemia tinggi akan meningkatkan resiko terjadinya komplikasi berat.
Tindakan :
1. Segera berikan kemoterapi anti malaria inisial.
2. Awasi respon pengobatan dengan memeriksa ulang parasitemianya.
3. Indikasi transfusi tukar (Exchange Blood Transfusion/EBT) adalah :
? Parasitemia > 30 % tanpa komplikasi berat
? Parasitemia > 10 % disertai komplikasi berat lainnya seperti : serebral malaria, ARF, ARDS, jaundice dan anemia berat.
? Parasitemia > 10 % dengan gagal pengobatan setelah 12-24 jam pemberian kemoterapi anti malaria yang optimal.
? Parasitemia > 10 % disertai prognosis buruk (misal : lanjut usia, adanya late stage parasites/skizon pada darah perifer)
4. Pastikan darah transfusi bebas infeksi (malaria, HIV, Hepatitis)
V. PENGOBATAN PENCEGAHAN (KEMOPROFILAKSIS)
Obat yang dipakai untuk tujuan ini pada umumnya bekerja terutama pada tingkat eritrositer, hanya sedikit yang berefek pada tingkat eksoeritrositer (hati). Obat harus digunakan terus-menerus mulai minimal 1 ? 2 minggu sebelum berangkat sampai 4 ? 6 minggu setelah keluar dari daerah endemis malaria.
OAM yang dipakai dalam kebijakan pengobatan di Indonesia adalah :
Klorokuin : banyak digunakan karena murah, tersedia secara luas, dan relatif aman untuk anak-anak, ibu hamil maupun ibu menyusui. Pada dosis pencegahan obat ini aman digunakan untuk jangka waktu 2-3 tahun. Efek samping : gangguan GI Tract seperti mual, muntah, sakit perut dan diare. Efek samping ini dapat dikurangi dengan meminum obat sesudah makan.
Pencegahan pada anak :
OAM yang paling aman untuk anak kecil adalah klorokuin. Dosis : 5 mg/KgBB/minggu. Dalam bentuk sediaan tablet rasanya pahit sehingga sebaiknya dicampur dengan makanan atau minuman, dapat juga dipilih yang berbentuk suspensi.
Untuk mencegah gigitan nyamuk sebaiknya memakai kelambu pada waktu tidur.
Obat pengusir nyamuk bentuk repellant yang mengandung DEET sebaiknya tidak digunakan untuk anak berumur < 2 tahun.
Pencegahan perorangan
Dipakai oleh masing-masing individu yang memerlukan pencegahan terhadap penyakit malaria. Obat yang dipakai : Klorokuin.
Cara pengobatannya :
- Bagi pendatang sementara :
Klorokuin diminum 1 minggu sebelum tiba di daerah malaria, selama berada di daerah malaria dan dilanjutkan selama 4 minggu setelah meninggalkan daerah malaria.
- Bagi penduduk setempat dan pendatang yang akan menetap :
Pemakaian klorokuin seminggu sekali sampai lebih dari 6 tahun dapat dilakukan tanpa efek samping. Bila transmisi di daerah tersebut hebat sekali atau selama musim penularan, obat diminum 2 kali seminggu. Penggunaan 2 kali seminggu dianjurkan hanya untuk 3 ? 6 bulan saja.
Dosis pengobatan pencegahan : Klorokuin 5 mg/KgBB atau 2 tablet untuk dewasa.
Lihat tabel berikut :
Golongan umur (tahun) Jumlah tablet klorokuin (dosis tunggal)
( frekuensi 1 x seminggu )
0 ? 1 ¼
1 ? 4 ½
5 ? 9 1
10 ? 14 1 ½
> 15 2
Pencegahan kelompok
Ditujukan pada sekelompok penduduk, khususnya pendatang non-imun yang sedang berada di daerah endemis malaria. Pencegahan kelompok memerlukan pengawasan yang lebih baik. Obat diberikan melalui unit pelayanan kesehatan, pos-pos pengobatan malaria yang dibentuk sendiri oleh penduduk di wilayah tersebut, atau melalui pos obat desa (POD) yang di dalmnya menyediakan obat-obatan lain selain obat anti malaria.
Dosis dan cara pengobatan sama seperti pengobatan pencegahan perorangan.
VI. PROGNOSIS
1. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
3. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ
? Mortalitas dengan kegagalan 3 fungsi organ, adalah > 50 %
? Mortalitas dengan kegagalan 4 atau lebih fungsi organ, adalah > 75 %
? Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan klinis malaria berat yaitu:
? Kepadatan parasit < 100.000, maka mortalitas < 1 %
? Kepadatan parasit > 100.000, maka mortalitas > 1 %
? Kepadatan parasit > 500.000, maka mortalitas > 50 %
VI. RUJUKAN PENDERITA
Semua penderita malaria berat dirujuk / ditangani RS Kabupaten.
Apabila penderita tidak bersedia dirujuk dapat dirawat di puskesmas rawat inap dengan
konsultasi kepada dokter RS Kabupaten.
Bila perlu RS kabupaten dapat pula merujuk kepada RS Propinsi.
Cara merujuk :
1) Setiap merujuk penderita harus disertakan surat rujukan yang berisi tentang diagnosa, riwayat penyakit, pemeriksaan yang telah dilakukan dan tindakan yang sudah diberikan.
2) Apabila dibuat preparat SD malaria, harus diikutsertakan.
Kriteria penderita malaria yang dirawat inap :
Bila salah satu atau lebih dari gejala dibawah ini :
1. Malaria dengan komplikasi
2. Malaria congenital pada bayi
3. Hiperparasitemia. (Parasitemia > 5 %)
TEHNIK PEMBUANGAN LIMBAH CAIR
Tehnik pembuangan limbah cair
Dalam prosedur pombuangan limbah cair memiliki lima tahapan,
Penyaluran
Pengumpulan
Pengolahan
Pembuangan lumpur
Disposal
Di dalam aplikasi diatas akan dijelaskan satu-persatu sebgai berikut
1. Didalam system penyaluran dan pengumpulan
berdasarkan asalnya, ada tiga yaitu.
a. System terpisah (sparate system)
b. System tercampur (combinen system)
c. System kombinasi (pseudo combinen system interceptor)
• System terpisah (sparate system) digunakan jika:
- Periode hujan lama.
- Kuantitas air hujan dan air limbah berbeda mencolok
- Akan dilakukan perbedaan perlakuan akibat perbedaan air hujan dan air limbah.
- Perbedaan antara panjang hujan berbeda secara fluktuasi
Keuntungan dari system ini adalah
*Dimensi saluran kecil
*Bahaya kesehatan dari system ini terkurangi
*IPAL yang dibanguan tidak diperluykan beban tambahan.
*Pembilasan mudah
Kerugian dari system ini
*Biaya pembanguanan besar
*Biaya perawatanyapun tinggi
• System tercampur (combinen system) digunakan jika:
- Debit air limbah kecil
- Debit tidak beda mencolok
- Fluktuasi air hujan kecil
Keuntungan
*Saluran yang digunakan cukup Satu
*Terjadi dilution (pengenceran)
Kerugian
Perlu instalasi tambahan jik curah hujan besar akibatnya diperlukan areal yang luas.
• System kombinasi (pseudo combinen system interceptor)
Digunakan jika keadaan limbah:
*perbedaan tinggi antara air hujan dan air limbah.
*dalam kota ada sungai untuk buang air hujan
*Periode antara musim hujan dan musim kemarau lama.
Keuntungan
*Operasionalnya murah
*Kerugian investasi besar dan pengoperasian tidak ruatin
*Perlu interceptor untuk meisahakan atau mengombinasiakan aliran limbah cair.
Berdasarkan cara pengalirannya limbaha cair terdiri dari
1. Graviasi
2. Pompa
3. Kombinasi pompa
4.
Dalam prosedur pombuangan limbah cair memiliki lima tahapan,
Penyaluran
Pengumpulan
Pengolahan
Pembuangan lumpur
Disposal
Di dalam aplikasi diatas akan dijelaskan satu-persatu sebgai berikut
1. Didalam system penyaluran dan pengumpulan
berdasarkan asalnya, ada tiga yaitu.
a. System terpisah (sparate system)
b. System tercampur (combinen system)
c. System kombinasi (pseudo combinen system interceptor)
• System terpisah (sparate system) digunakan jika:
- Periode hujan lama.
- Kuantitas air hujan dan air limbah berbeda mencolok
- Akan dilakukan perbedaan perlakuan akibat perbedaan air hujan dan air limbah.
- Perbedaan antara panjang hujan berbeda secara fluktuasi
Keuntungan dari system ini adalah
*Dimensi saluran kecil
*Bahaya kesehatan dari system ini terkurangi
*IPAL yang dibanguan tidak diperluykan beban tambahan.
*Pembilasan mudah
Kerugian dari system ini
*Biaya pembanguanan besar
*Biaya perawatanyapun tinggi
• System tercampur (combinen system) digunakan jika:
- Debit air limbah kecil
- Debit tidak beda mencolok
- Fluktuasi air hujan kecil
Keuntungan
*Saluran yang digunakan cukup Satu
*Terjadi dilution (pengenceran)
Kerugian
Perlu instalasi tambahan jik curah hujan besar akibatnya diperlukan areal yang luas.
• System kombinasi (pseudo combinen system interceptor)
Digunakan jika keadaan limbah:
*perbedaan tinggi antara air hujan dan air limbah.
*dalam kota ada sungai untuk buang air hujan
*Periode antara musim hujan dan musim kemarau lama.
Keuntungan
*Operasionalnya murah
*Kerugian investasi besar dan pengoperasian tidak ruatin
*Perlu interceptor untuk meisahakan atau mengombinasiakan aliran limbah cair.
Berdasarkan cara pengalirannya limbaha cair terdiri dari
1. Graviasi
2. Pompa
3. Kombinasi pompa
4.
SANITASI KEDARURATAN BENCANA BANJIR
I. MASALAH SANITASI POTENSIAL
A. Saat terjadinya banjir
1. Air Bersih.
• Tidak tersedia air bersih
• Sumber air tercemar
• Sarana rusak
2. Sampah
• Tidak adnya sarana penampungan
• Pengelolaan sampah tidak dilaksanakan
• Proses pembusukan terjadi setelah melampaui dua hari, bau dan cairan leacet dan lalat muncul.
• Sampah dari luar/ sungai masuk kedalam rumah
3. Limbah:
• Saluran air limbah tidak berfungsi
• Masuknya limbah berbahaya kedalam rumah
• Sarana pembuangan kotoran manusia terbatas atau tidak berfungsi
4. Lingkungan fisik
• Sarana sanitasi lingkungan rusak/ tidak berfungsi
• Lumpur masuk kedalam rumah
• Kelembaban tinggi
• Suhu rendah
5. Makanan dan minuman
• Makanan masak yang diterima tidak terpantau alamat yang memberi dan cara
penyelenggaraannya
• Lamaya waktu dari saat makanan masak sampai dikonsumsi.
• Tempat penyimpanan makanan mentah tidak cukup aman
6. Vektor penyakit dan binatang pengganggu
• Lalat, tikus, binatang berbisa, masuk ke rumah/ pemukiman
• Tidak tersedia bahan dan alat pemusnah
7. Kecelakaan
• Tenggelam/ hanyut
• Cedera ringan dan berat
• Terkena aliran listrik
• Kedinginan
B.Pasca Banjir
1.Air Bersih
• Rusaknya sarana sumber, distribusi, penampungan
• Air yang ada tercemar baik dari fisik , kimia, bakteriologis terutama untuk daerah yang terdapat industri, rumah sakit berpotensi tercemar limbah bahan berbahaya
dan beracun.
2. Sampah
• Berserakan tidak tertampung secara tertutup
• Tidak terangkut segera kepembuangan akhir
• Terjadi proses pembusukan
• Bercampur dengan Lumpur
• Terdapat bangkai binatang
3. Limbah
• Saluran air limbah tersumbat
• Sarana rusak fisik atau tidak berfungsi
4. Lingkungan fisik
• Dinding, lantai dan alat rumah tangga lembab
• Kerusakan bangunan
5. Makanan dan minuman
• Bahan makanan yang tersedia sudah rusak karena tersimpan lama ditempat yang tidak baik
• Pengolahan makanan pada lokasi di saat belum dilakukan pembersihan bekas banjir memperbesar kemungkinan terjaadinya pencemaran pada proses penyelenggaraan makanan.
6. Vektor dan binatang pengganggu
• Populasi lalat, nyamuk , kecoak dan tikus meningkat
7. Kecelakaan
• Terjatuh karena kondisi lingkungan yang belum teratur kembali
II. KESIAGAAN DI DAERAH BANJIR
1. Air Bersih
• Tersedianya sarana pengolahan air bersih sederhana dengan bentuk kecil dengan kemampuanyang cukup besar untuk mengolah air ditempat pengungsian
• Tersedianya SDM disetiap tempat pengungsian yang mampu mengoperasikan sarana pengolahan air sederhana.
• Tersedianya kantong kantong untuk supply air minum yang dapat dilipat dan dimanfaatkan berulang.
• Tersedianya bahan desinfeksi air.
2. Sampah
• Tersedianya kantong kantong plastik untuk sampah dan karung untuk menampung Lumpur
• Tersedianya SDM yang mempunyai kemampun mengelola sampah minimal di setiap kelurahan dengan pendekatan memanfaatkan sampah semaksimal mungkin di lingkungan setempat.
3. Limbah
• Tersedianya sarana penampungan limbah dan exceta manusia sementara dengan bahan kimiadan bakteri untuk mempercepat dann mengefisienkan proses pembusukan
• Mengutamakan pengamanan limbah B3 yang belum sempat terolah yang ada di daerah banjir.
• Pencegahan masuknya Lumpur kedalam rumah atau mengurangi kemungkinannya denganpenutupancelah celah pintu dengan keset atau kain kain yang tidak terpakai.
4. Lingkungan fisik
• Tersedianya alat pemanas ruangan sederhana dengan bahan bakar non listrik batrei, batu bara atau batok kelapa untuk mengurangi dingin dan kelembaban
5. Makanan
• Tersedianya SDM yang terlatih untuk penyelenggaraan makanan darurat yang saniter.
• Tersedianya alat transportasi yang dapat cepat dan aman untuk membawa makanan ketempat lokasi.
• Adanya pencatatan Tempat Orang dan waktu pengiriman , penerimaan dan dikonsumsinya makanan.
6. Vektor dan binatang pengganggu
• Tersedianya bahan dan alat pembunuh vector dan binatang pengganggu
• Adanya kesiagaan masyarakat akan bahaya dan penyakit yang muncul yang berhubungan dengan serangga dan binatang pengganggu.
7. Kecelakaan :
• Tersedianya bahan dan alat serta SDM Pertolongan pertama pada kecelakaan
III. TINDAKAN
A. Saat Banjir
1. Air Bersih
• Suply alat dan bahan pengolahan air sederhana
• Pengamanan penyelenggaraan supply air minum dari sumber hingga saat
dikonsumsinya
2.Sampah
• Pengumpulan sampah dalam kantong kantong dan disediakan tempat untuk
penampungannya .
• Suply kantong sampah
• Suply bahan untuk mengurangi bau dan mempercepat proses dekomposisi bila
banjir lebih dari dua hari
3.Limbah
Suply sarana penampungan limbah dan tinja darurat
4.Lingkungan fisik
Suply alat pemanas
Memfungsikan alat ventilasi dan pencahayaan serta ventilaasi alam
5.Makanan Minuman
• Penyelenggaraan pencatatan tempat orang dan waktu pengolahan, penerimaan dan konsumsi makanan jadi serta makanan mentah yang diterima
• Pengamanan proses penyelenggaraan makanan di tempat pengungsian
6.Vektor dan binatang pengganggu
• Pencegahan dan mencermati kemungkinan terdapatnya vector dan binatang
pengganggu
• Membasmi vector yang ada.
7. Kecelakaan
• Pertolongan Pertama pada kecelakaan yang terjadi dan mengupayakan pertolongan lebih lanjut.
B. Pasca Banjir
1. Air Bersih
• Desinfeksi sumber air bersih
• Pemeriksaan sarana distribusi dan penampungan dari kerusakan dan kemungkinan
kontaminasi
• Perbaikan /memfungsikan kembali arana sarana
2. Sampah
• Selama masih ada potensi banjir susulan sampah dan Lumpur tetap disimpan dalam
kantong dan dapat ditumpuk dimasukkan dalam bronjong sebagai penghambat banjar
• Pemanfatan sampah dan lumpur dalam upaya perbaikan lingkungan misalnya untuk
pengurukan daerah rendah atau meninggikan tanggul.
• Pemilahan sampah dalam upaya daur ulang
• Suply bahan kimia / bakteri dan teknologi sederhana untuk pengelolaan sampah
ditempat.
3. Limbah
• Pengembalian fungsi sarana pembuangan limbah dan tinja
• Suply bahan dan alat
4. Lingkungan fisik
• Penyebaran informasi tentang cara membersihkan rumah dan kebersihan diri pasca
banjir
• Suply bahan desinfeksi rumah
• Memaksimalkan terjadinya penghawaan dan ventilasi alam
• Mempercepat proses pengeringan didalam rumah terutama kamar tidur
5. Makanan Minuman
• Penekanan kembali peyelenggaraan makanan yang sehat mengingat kondisi
lingkungan yang belum pulih bahkan mungkin memburuk
6. Vektor dan binatang pengganggu
• Mewaspadai terdapatnya dan peningkatan perindukan vector dan binatang
pengganggu akibat dari banjir.
• Penghapusan serangga dewasa secara masal dan serempak.
7. Kecelakaan
• Pertolongan pertama pada kecelakaan yang mungkin timbul pada saat orang
melaksanakan pemulihan lingkungan
A. Saat terjadinya banjir
1. Air Bersih.
• Tidak tersedia air bersih
• Sumber air tercemar
• Sarana rusak
2. Sampah
• Tidak adnya sarana penampungan
• Pengelolaan sampah tidak dilaksanakan
• Proses pembusukan terjadi setelah melampaui dua hari, bau dan cairan leacet dan lalat muncul.
• Sampah dari luar/ sungai masuk kedalam rumah
3. Limbah:
• Saluran air limbah tidak berfungsi
• Masuknya limbah berbahaya kedalam rumah
• Sarana pembuangan kotoran manusia terbatas atau tidak berfungsi
4. Lingkungan fisik
• Sarana sanitasi lingkungan rusak/ tidak berfungsi
• Lumpur masuk kedalam rumah
• Kelembaban tinggi
• Suhu rendah
5. Makanan dan minuman
• Makanan masak yang diterima tidak terpantau alamat yang memberi dan cara
penyelenggaraannya
• Lamaya waktu dari saat makanan masak sampai dikonsumsi.
• Tempat penyimpanan makanan mentah tidak cukup aman
6. Vektor penyakit dan binatang pengganggu
• Lalat, tikus, binatang berbisa, masuk ke rumah/ pemukiman
• Tidak tersedia bahan dan alat pemusnah
7. Kecelakaan
• Tenggelam/ hanyut
• Cedera ringan dan berat
• Terkena aliran listrik
• Kedinginan
B.Pasca Banjir
1.Air Bersih
• Rusaknya sarana sumber, distribusi, penampungan
• Air yang ada tercemar baik dari fisik , kimia, bakteriologis terutama untuk daerah yang terdapat industri, rumah sakit berpotensi tercemar limbah bahan berbahaya
dan beracun.
2. Sampah
• Berserakan tidak tertampung secara tertutup
• Tidak terangkut segera kepembuangan akhir
• Terjadi proses pembusukan
• Bercampur dengan Lumpur
• Terdapat bangkai binatang
3. Limbah
• Saluran air limbah tersumbat
• Sarana rusak fisik atau tidak berfungsi
4. Lingkungan fisik
• Dinding, lantai dan alat rumah tangga lembab
• Kerusakan bangunan
5. Makanan dan minuman
• Bahan makanan yang tersedia sudah rusak karena tersimpan lama ditempat yang tidak baik
• Pengolahan makanan pada lokasi di saat belum dilakukan pembersihan bekas banjir memperbesar kemungkinan terjaadinya pencemaran pada proses penyelenggaraan makanan.
6. Vektor dan binatang pengganggu
• Populasi lalat, nyamuk , kecoak dan tikus meningkat
7. Kecelakaan
• Terjatuh karena kondisi lingkungan yang belum teratur kembali
II. KESIAGAAN DI DAERAH BANJIR
1. Air Bersih
• Tersedianya sarana pengolahan air bersih sederhana dengan bentuk kecil dengan kemampuanyang cukup besar untuk mengolah air ditempat pengungsian
• Tersedianya SDM disetiap tempat pengungsian yang mampu mengoperasikan sarana pengolahan air sederhana.
• Tersedianya kantong kantong untuk supply air minum yang dapat dilipat dan dimanfaatkan berulang.
• Tersedianya bahan desinfeksi air.
2. Sampah
• Tersedianya kantong kantong plastik untuk sampah dan karung untuk menampung Lumpur
• Tersedianya SDM yang mempunyai kemampun mengelola sampah minimal di setiap kelurahan dengan pendekatan memanfaatkan sampah semaksimal mungkin di lingkungan setempat.
3. Limbah
• Tersedianya sarana penampungan limbah dan exceta manusia sementara dengan bahan kimiadan bakteri untuk mempercepat dann mengefisienkan proses pembusukan
• Mengutamakan pengamanan limbah B3 yang belum sempat terolah yang ada di daerah banjir.
• Pencegahan masuknya Lumpur kedalam rumah atau mengurangi kemungkinannya denganpenutupancelah celah pintu dengan keset atau kain kain yang tidak terpakai.
4. Lingkungan fisik
• Tersedianya alat pemanas ruangan sederhana dengan bahan bakar non listrik batrei, batu bara atau batok kelapa untuk mengurangi dingin dan kelembaban
5. Makanan
• Tersedianya SDM yang terlatih untuk penyelenggaraan makanan darurat yang saniter.
• Tersedianya alat transportasi yang dapat cepat dan aman untuk membawa makanan ketempat lokasi.
• Adanya pencatatan Tempat Orang dan waktu pengiriman , penerimaan dan dikonsumsinya makanan.
6. Vektor dan binatang pengganggu
• Tersedianya bahan dan alat pembunuh vector dan binatang pengganggu
• Adanya kesiagaan masyarakat akan bahaya dan penyakit yang muncul yang berhubungan dengan serangga dan binatang pengganggu.
7. Kecelakaan :
• Tersedianya bahan dan alat serta SDM Pertolongan pertama pada kecelakaan
III. TINDAKAN
A. Saat Banjir
1. Air Bersih
• Suply alat dan bahan pengolahan air sederhana
• Pengamanan penyelenggaraan supply air minum dari sumber hingga saat
dikonsumsinya
2.Sampah
• Pengumpulan sampah dalam kantong kantong dan disediakan tempat untuk
penampungannya .
• Suply kantong sampah
• Suply bahan untuk mengurangi bau dan mempercepat proses dekomposisi bila
banjir lebih dari dua hari
3.Limbah
Suply sarana penampungan limbah dan tinja darurat
4.Lingkungan fisik
Suply alat pemanas
Memfungsikan alat ventilasi dan pencahayaan serta ventilaasi alam
5.Makanan Minuman
• Penyelenggaraan pencatatan tempat orang dan waktu pengolahan, penerimaan dan konsumsi makanan jadi serta makanan mentah yang diterima
• Pengamanan proses penyelenggaraan makanan di tempat pengungsian
6.Vektor dan binatang pengganggu
• Pencegahan dan mencermati kemungkinan terdapatnya vector dan binatang
pengganggu
• Membasmi vector yang ada.
7. Kecelakaan
• Pertolongan Pertama pada kecelakaan yang terjadi dan mengupayakan pertolongan lebih lanjut.
B. Pasca Banjir
1. Air Bersih
• Desinfeksi sumber air bersih
• Pemeriksaan sarana distribusi dan penampungan dari kerusakan dan kemungkinan
kontaminasi
• Perbaikan /memfungsikan kembali arana sarana
2. Sampah
• Selama masih ada potensi banjir susulan sampah dan Lumpur tetap disimpan dalam
kantong dan dapat ditumpuk dimasukkan dalam bronjong sebagai penghambat banjar
• Pemanfatan sampah dan lumpur dalam upaya perbaikan lingkungan misalnya untuk
pengurukan daerah rendah atau meninggikan tanggul.
• Pemilahan sampah dalam upaya daur ulang
• Suply bahan kimia / bakteri dan teknologi sederhana untuk pengelolaan sampah
ditempat.
3. Limbah
• Pengembalian fungsi sarana pembuangan limbah dan tinja
• Suply bahan dan alat
4. Lingkungan fisik
• Penyebaran informasi tentang cara membersihkan rumah dan kebersihan diri pasca
banjir
• Suply bahan desinfeksi rumah
• Memaksimalkan terjadinya penghawaan dan ventilasi alam
• Mempercepat proses pengeringan didalam rumah terutama kamar tidur
5. Makanan Minuman
• Penekanan kembali peyelenggaraan makanan yang sehat mengingat kondisi
lingkungan yang belum pulih bahkan mungkin memburuk
6. Vektor dan binatang pengganggu
• Mewaspadai terdapatnya dan peningkatan perindukan vector dan binatang
pengganggu akibat dari banjir.
• Penghapusan serangga dewasa secara masal dan serempak.
7. Kecelakaan
• Pertolongan pertama pada kecelakaan yang mungkin timbul pada saat orang
melaksanakan pemulihan lingkungan
Penyakit Bebasis Lingkungan
SURVEILANS INFEKS NOSOKOMIAL
PENGERTIAN
PENGAMATAN TERUS MENERUS, AKTIF SISTIMATIS TERHADAP KEJADIAN DAN PENYEBARAN INFEKSI NOSOKOMIAL SERTA PERISTIWA YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL.
TUJUAN
1. MEMPEROLEH DATA DASAR YAITU TINGKAT ENDEMISITAS INFEKSI NOSOKOMIAL DI SUATU RUMAH DAKIT
2. SEBAGIAN SISTIM KEWASPADAAN DINI DALAM MENGIDENTIFIKASI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
3. MEMENUHI ESTÁNDAR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DAN PELAYANAN MEDIS YG DAPAT DIPAKAI SEBAGAI SARANA MENGIDENTIFIKASI TERJADINYA MALPRAKTEK
4. MENGUKUR DAN MENILAI KEBERHASILAN SUATU PROGRAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
5. MEYAKINKAN PARA KLINISI TENTANG ADANYA MASALAH YANG MEMERLUKAN PENANGGULANGAN
6. MEMENUHI ESTÁNDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT (SEBAGAI SATU TOLOK UKUR AKRIDITASI)
JENIS SURVEILANS INFEKSI NOSOKOMIAL
1. SURVEILANS KOMPREHENSIF
2. SURVEILANS SELEKTIF
3. SURVEILANS I.N DENGAN SASARAN KHUSUS
4. SURVEILANS I.N TERBATAS DAN PERIODIK
5. SURVEILANS I.N PASCA RAWAT
PENERAPAN
1. IDENTIFIKASI I.N YG AKAN DIAMATI RUTIN MELALUI KEGIATAN SURVEILANS
- LAPORAN PERSONIL RS
- PENGALAMAN RS LAIN
- TINJAUAN LITERATUR
- MELAKUKAN KAJIAN ATAU PENGUMPULAN DATA DASAR
2. PERENCANAAN PENGUMPULAN DATA
- MENENTUKAN JENIS SURVEYLAN YG AKAN DILAKSANAKAN
- MENETAPKAN DEFINISI INFEKSI NOSOKOMIAL
- MENETAPKAN DATA SPESIFIK YG AKAN DIKUMPULKAN
- MENENTUKAN KAPAN DATA DIKUMPULKAN
- MENENTUKAN SIAPA PENGUMPUL DATA
3. PENGUMPULAN DATA
- SUMBER DATA
- LAPORAN LAB
- CATATAN/STATUS PASIEN
- KUNJUNGAN PASIEN
- LAPORAN PERSONIL RS
- IDENTIFIKASI INFEKSI NOSOKOMIAL
- DESIMINASI INFORMASI I N
- SIAPKAN BUKU PEDOMAN I.N
- SIAPKAN SEMUA FORMULIR
- LAKUKAN KUNJUNGAN RUANGAN
- CARI INDIKASI ADANYA I. N
- CATAT PADA DAFTAR ISIAN BILA ADA PENDERITA I. N
-
4. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA
PENGOLAHAN DATA
TUJUAN
MEMBERI INFORMASI YG BERGUNA BAGI STRATEGI PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
SARANA
KOMPUTER
MANUAL
PEMINDAHAN DATA KE DAFTAR TABULASI
CONTOH
RUMAH SAKIT “ XX “
RUANG : BEDAH BULAN : DESEMBER 2005
JUMLAH PASIEN KELUAR : 200 ORANG
RUANG PERAWATAN JUMLAH
LIDI ABSOLUT
ILO IIIII IIIII IIIII I 16
ISK IIIII III 8
PNEUMONIA III 3
BAKTERIEMIA 0
FLEBITIS IIII 5
LAIN-LAIN 0
TOTAL 32
MENGHITUNG BESAR MASALAH INFEKSI NOSOKOMIAL
TOTAL INSIDEN RATE = 32/200 X 100 % = 16 %
INSIDENT RATE SPESIFIK
JUMLAH ORG MENGGUNAKAN KATETER = 20 ORANG
ISK = 8/32 X 20 X 100 % = 5 %
PROPORSI INFEKSI NOSOKOMIAL MENURUT JENIS
ILO = 16/32 = 50 %
ISK = 8/32 = 25 %
PNEUMONIA = 3/32 = 0,9 %
FLEBITIS = 5/32 = 1,3 %
PENYAJIAN DATA
- TABEL
- DIAGRAM BALOK
- DIAGRAM PIE
5. ANALISIS DAN INTERPRESTASI DATA
TUJUAN :
MENDAPATKAN INFORMASI APAKAH ADA MASALAH INFEKSI NOSOKOMIAL YG MEMERLUKAN PENANGGULANGAN ATAU INVESTIGASI LEBIH LANJUT
CARANYA :
- MEMBANDINGKAN INSIDEN TIAP BULAN DAN DILIHAT TRENDNYA
- IDENTIFIKASI MASALAH DLM PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
6. PEMBUATAN LAPORAN & REKOMENDASI TINDAK LANJUT
PENGERTIAN
PENGAMATAN TERUS MENERUS, AKTIF SISTIMATIS TERHADAP KEJADIAN DAN PENYEBARAN INFEKSI NOSOKOMIAL SERTA PERISTIWA YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL.
TUJUAN
1. MEMPEROLEH DATA DASAR YAITU TINGKAT ENDEMISITAS INFEKSI NOSOKOMIAL DI SUATU RUMAH DAKIT
2. SEBAGIAN SISTIM KEWASPADAAN DINI DALAM MENGIDENTIFIKASI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
3. MEMENUHI ESTÁNDAR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN DAN PELAYANAN MEDIS YG DAPAT DIPAKAI SEBAGAI SARANA MENGIDENTIFIKASI TERJADINYA MALPRAKTEK
4. MENGUKUR DAN MENILAI KEBERHASILAN SUATU PROGRAM PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
5. MEYAKINKAN PARA KLINISI TENTANG ADANYA MASALAH YANG MEMERLUKAN PENANGGULANGAN
6. MEMENUHI ESTÁNDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT (SEBAGAI SATU TOLOK UKUR AKRIDITASI)
JENIS SURVEILANS INFEKSI NOSOKOMIAL
1. SURVEILANS KOMPREHENSIF
2. SURVEILANS SELEKTIF
3. SURVEILANS I.N DENGAN SASARAN KHUSUS
4. SURVEILANS I.N TERBATAS DAN PERIODIK
5. SURVEILANS I.N PASCA RAWAT
PENERAPAN
1. IDENTIFIKASI I.N YG AKAN DIAMATI RUTIN MELALUI KEGIATAN SURVEILANS
- LAPORAN PERSONIL RS
- PENGALAMAN RS LAIN
- TINJAUAN LITERATUR
- MELAKUKAN KAJIAN ATAU PENGUMPULAN DATA DASAR
2. PERENCANAAN PENGUMPULAN DATA
- MENENTUKAN JENIS SURVEYLAN YG AKAN DILAKSANAKAN
- MENETAPKAN DEFINISI INFEKSI NOSOKOMIAL
- MENETAPKAN DATA SPESIFIK YG AKAN DIKUMPULKAN
- MENENTUKAN KAPAN DATA DIKUMPULKAN
- MENENTUKAN SIAPA PENGUMPUL DATA
3. PENGUMPULAN DATA
- SUMBER DATA
- LAPORAN LAB
- CATATAN/STATUS PASIEN
- KUNJUNGAN PASIEN
- LAPORAN PERSONIL RS
- IDENTIFIKASI INFEKSI NOSOKOMIAL
- DESIMINASI INFORMASI I N
- SIAPKAN BUKU PEDOMAN I.N
- SIAPKAN SEMUA FORMULIR
- LAKUKAN KUNJUNGAN RUANGAN
- CARI INDIKASI ADANYA I. N
- CATAT PADA DAFTAR ISIAN BILA ADA PENDERITA I. N
-
4. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA
PENGOLAHAN DATA
TUJUAN
MEMBERI INFORMASI YG BERGUNA BAGI STRATEGI PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL
SARANA
KOMPUTER
MANUAL
PEMINDAHAN DATA KE DAFTAR TABULASI
CONTOH
RUMAH SAKIT “ XX “
RUANG : BEDAH BULAN : DESEMBER 2005
JUMLAH PASIEN KELUAR : 200 ORANG
RUANG PERAWATAN JUMLAH
LIDI ABSOLUT
ILO IIIII IIIII IIIII I 16
ISK IIIII III 8
PNEUMONIA III 3
BAKTERIEMIA 0
FLEBITIS IIII 5
LAIN-LAIN 0
TOTAL 32
MENGHITUNG BESAR MASALAH INFEKSI NOSOKOMIAL
TOTAL INSIDEN RATE = 32/200 X 100 % = 16 %
INSIDENT RATE SPESIFIK
JUMLAH ORG MENGGUNAKAN KATETER = 20 ORANG
ISK = 8/32 X 20 X 100 % = 5 %
PROPORSI INFEKSI NOSOKOMIAL MENURUT JENIS
ILO = 16/32 = 50 %
ISK = 8/32 = 25 %
PNEUMONIA = 3/32 = 0,9 %
FLEBITIS = 5/32 = 1,3 %
PENYAJIAN DATA
- TABEL
- DIAGRAM BALOK
- DIAGRAM PIE
5. ANALISIS DAN INTERPRESTASI DATA
TUJUAN :
MENDAPATKAN INFORMASI APAKAH ADA MASALAH INFEKSI NOSOKOMIAL YG MEMERLUKAN PENANGGULANGAN ATAU INVESTIGASI LEBIH LANJUT
CARANYA :
- MEMBANDINGKAN INSIDEN TIAP BULAN DAN DILIHAT TRENDNYA
- IDENTIFIKASI MASALAH DLM PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
6. PEMBUATAN LAPORAN & REKOMENDASI TINDAK LANJUT
Langganan:
Postingan (Atom)